Jakarta (ANTARA News) - Isu eksternal yang negatif masih mendominasi sentimen pasar di dalam negeri memicu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah sebesar 185 poin.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta Senin pagi tertekan ke posisi Rp8.965 atau turun 185 poin dibanding posisi sebelumnya Rp8.780.

Pengamat valas PT Harvest Futures International, Tony Mariano di Jakarta, Senin mengatakan, masih negatifnya sentimen eksternal membuat pelaku pasar sedikit menghindari menempatkan dananya pada aset yang berisiko.

"Di negara berkembang termasuk Indonesia mempunyai imbal hasil yang cukup tinggi, namun risikonya juga besar, saat ini mereka cenderung lebih menurunkan aktivitasnya. Risiko di negara berkembang sangat rentan dengan sentimen eksternal," ujarnya.

Meski demikian, ia memperkirakan, pekan ini pergerakkan rupiah cenderung masih stabil seiring dengan Bank Indonesia (BI) yang masih berkomitmen untuk menjaga mata uang dalam negeri agar tidak melemah terlalu dalam terhadap dolar AS.

"Pihak BI siap membendung rupiah agar tidak melemah terlalu dalam akibat sentimen negatif global," katanya.

Namun pelemahan mata uang lokal terhadap dolar AS masih terbuka lebar akibat eksternal yang masih kuat sentimen negatifnya. Pengamat valas Lana Soelistianingsih menambahkan, isu eksternal menjadi faktor utama yang mendominasi aksi jual karena ketakutan pelaku pasar terutama terkait dengan likuiditas dolar AS yang semakin ketat dan kembali mencuatnya masalah fiskal di Yunani.

"Sementara itu berbagai instrumen kebijakan tidak lagi efektif untuk mengembalikan kepercayaan investor akibat sentimen negatif global saat ini," katanya.

Di tengah ketidakpastian ini investor cenderung pegang dana tunai dalam mata uang dolar AS, Yen, dan Swiss Franc.

"Pelemahan pasar juga tidak hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di pasar Asia lainnya mengikuti sentimen negatif pasar global," katanya.

Meski demikian, sentimen negatif yang kembali muncul di pasar uang rupiah diperkirakan masih bergerak dalam kisaran yang stabil dikarenakan penjagaan BI juga karena sentimen investor membaik.
(ZMF)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011