Kalau memang tersedia ruang penurunan, maka sebaiknya direalisasikan. Penurunan ini penting untuk mendorong permintaan domestik, yang akan mengakselerasi perekonomian nasional dan sektor riil di tengah resesi global. Kita harus ingat bahwa suku bunga
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Panja Inflasi dan Suku Bunga Komisi XI DPR Kemal Azis Stamboel menilai Bank Indonesia perlu menurunkan BI Rate pada awal Oktober dalam sidang Dewan Gubernur nanti.

"Kalau memang tersedia ruang penurunan, maka sebaiknya direalisasikan. Penurunan ini penting untuk mendorong permintaan domestik, yang akan mengakselerasi perekonomian nasional dan sektor riil di tengah resesi global. Kita harus ingat bahwa suku bunga kita masih tertinggi di kawasan," ujarnya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, `cost of capital` yang tinggi selama ini juga telah menurunkan daya saing produk nasional sehingga kalau sudah memungkinkan turun, maka BI Rate seharusnya juga ikut turun.

"Jangan kalau naik cepat, kalau turun ditunda-tunda," ujarnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sebagaimana disampaikan Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo memastikan bahwa saat ini tersedia ruang bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI rate pada Oktober 2011.

BI sebelumnya juga sudah melempar sinyal penurunan BI Rate kepada pasar saat bank sentral menurunkan suku bunga batas bawah Operasi Pasar Terbuka (OPT). Namun, penurunan BI Rate saat itu urung dilakukan karena BI menilai adanya ketidakpastian kondisi ekonomi global.

Potensi penurunan ini terjadi akibat resesi dan krisis perekonomian global yang kemungkinan ikut memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, juga karena tingkat inflasi tahun ini yang masih tergolong rendah.

Sehingga, menurut Perry, tersedia ruang gerak bagi BI untuk merespon suku bunga acuan yang lebih rendah. Sebelum menurunkan BI Rate, BI akan lebih dahulu melakukan penilaian mengenai efek dan dampak penurunan tersebut dari waktu ke waktu. Perry memberi sinyal kuat, BI akan menurunkan BI Rate secara bertahap ke depan.

Menurut Kemal, peluang penurunan BI Rate juga didukung oleh besarnya likuiditas nasional yang menganggur. Sebagaimana diketahui saat ini, likuditas rupiah di open market operation mencapai Rp400 triliun dan kredit menganggur perbankan (undisbursed loan) Rp600 triliun.

Selain itu, ia menambahkan, sudah sejak Februari 2011, BI mempertahankan BI Rate di level 6,75 persen. Sebelumnya, selama 18 bulan sejak 5 Agustus 2009, BI telah menahan BI Rate di level 6,5 persen.

"Kalau kemudian BI Rate diturunkan, maka akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Dan ini akan mendorong pengusaha dan masyarakat untuk menyerap dana serta akan memacu produksi dan permintaan domestik yang semakin kuat," ujarnya.

Penurunan BI Rate itu diharapkan bisa membuka ruang penciptaan lapangan kerja baru. "Kita harapkan BI jangan hanya memikirkan stabilitas rupiah semata, tapi abai untuk mendorong dinamika sektor riil," ujarnya.

(S004)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011