Bandung (ANTARA News) - 23 kota/kabupaten di Jawa Barat telah memiliki pengrajin batik tradisional, kata Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Dede Yusuf, di Bandung, Minggu.
"Kini di Jabar sudah ada 6000 pengrajin batik yang tersebar di 23 kota/kabupaten tersebut dan itu merupakan perajin batik tangan bukan tekstil atau sering disebut batik printing," kata Sendy.
Ia mengatakan, dari total kota/kabupaten itu masih ada tiga kota yang belum memiliki pengrajin batik tangan, diantaranya Kota Bogor dan Bekasi sedangkan kedua kota tersebut menghasilkan batik tekstil atau printing.
"Batik asli harganya lebih mahal dibanding dengan batik printing, karena itu omzet pengrajin batik tangan lebih besar, dan di Jabar omzet pengrajin batik tangan sangat besar namun saya tidak tahu percis berapa nominalnya," katanya.
Ia mengatakan, perkembangan pengrajin di Jabar mengalami peningkatan pasalnya dari yang asalnya hanya 10 pengrajin yang juga pasang surut tetapi kini sudah mencapai 6000 pengrajin dan terus mengalami regenerasi.
"Kami optimis dengan hasil usaha masyarakat dan Pemerintah selama ini, UNESCO akan meluluskan klaim batik sebagai warisan asli Indonesia selama empat tahun dari sejak penetapan oleh UNESCO pada 2009 lalu," paparnya.
Selain itu, di Jabar telah ada sejumlah koperasi batik, yang secara berkala didanai puluhan juta oleh Menteri UKM, hal itu merupakan wujud komitmen Pemerintah Pusat dalam menjaga kelestarian batik sebagai warisan bangsa.
Sementara itu, ia mengatakan, setiap para pengusaha batik tersebut harus memiliki bak atau alat pengolah limbah zat warna dari batik yang telah diproduksi agar bisa aman saat dibuang ke sungai.
"Kami sudah melakukan sosialisasi itu pada setiap pengusaha batik baik yang lama dan yang baru, limbah yang dikeluarkan harus bisa menghasilkan air yang aman dipakai untuk mencuci sehingga aman dibuang ke sungai," jelasnya.
Kemudian, ia mengatakan, hampir setiap daerah penghasil batik memenuhi kriteria pengamanan limbah tersebut.(ANT)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011