Jakarta, 28/1 (ANTARA) - Kebutuhan minyak cendana dunia sekitar 200 ton per tahun. Dari jumlah itu, mayoritas disuplai dari India (50%). Indonesia, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji menyuplai sekitar 20 ton, sehingga masih kekurangan sekitar 80 ton per tahun.
Cendana merupakan komoditi yang potensial bagi perekonomian. Nilai ekonomi yang tinggi dari cendana dihasilkan dari kandungan minyak (santalo) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak cendana dihasilkan dari hasil penyulingan kayu, dan digunakan sebagai bahan obat-obatan dan bahan minyak wangi (parfum). Kayunya dipergunakan sebagai bahan industri kerajinan sperti ukir-ukiran, patung, kipas, tasbih, dan lain-lain.
Minyak cendana banyak diekspor ke Eropa, Amerika, China, Hongkong, Korea, Taiwan dan Jepang. Sedangkan produk kerajinan dari kayu cendana banyak untuk konsumsi dalam negeri.
Cendana (Santalum album L.) termasuk famili Santalaceae dan ordo Lorantaceae. Batang berbentuk batang bulat, kulit batang kasar, warna coklat keabu-abuan sampai kelabu, tangkai-tangkai primer berkedudukan tidak teratur, sebagian besar bentuknya bengkok dan banyak cabang, ukuran pohon relatif kecil, namun dapat mencapai ketinggian 18 meter, diameter batang dapat mencapai 40 cm. Daun berbentuk elips, kedudukan daun berhadap-hadapan dan bentuk ujung daun runcing. Tanaman cendana mulai berbunga pada umur 3 - 4 tahun. Bunga berbentuk jambul yang muncul dari ujung ranting dan ketiak daun. Warna bunga coklat keungu-unguan dan tidak berbau. Buah berbentuk bulat, dengan diameter 5 - 8 mm dan berat sekitar 0,16 gram. Ketika masak berwarna hitam keungu-unguan, sedangkan buah muda berwarna hijau. Musim berbunga/berbuah pada umumnya pada bulan Juni sampai September, dan buah masak pada bulan Februari dan Maret.
Cendana merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) seperti di Pulau Timor, Sumba, Alor, Solor, Pantar, Flores, Roti, dan pulau-pulau lainnya. Selain di NTT, cendana juga dijumpai di Gunung Kidul, Imogiri, Kulon Progo (DIY), Bondowoso (Jawa Timur), dan Sulawesi. Kondisi ideal untuk tumbuh cendana adalah pada ketinggian 50 - 1200 m dpl, curah hujan 625 - 1625 mm/th dengan bulan kering antara 9 - 10 bulan. Pada tingkat semai cendana sangat peka terhadap suhu tinggi dan kekeringan, sehingga tanaman ini membutuhkan naungan sekitar 40-50 %.
Saat ini keberadaan populasi cendana di Indonesia, dikhawatirkan mengalami kepunahan. Penyebabnya antara lain karena pemanenan melebihi produktivitas, kebakaran, maupun penggembalaan ternak. Upaya memuliakan dan mengembangkan cendana sudah dilakukan, namun keberhasilannya masih sangat rendah. Pembiakan tanaman cendana dapat dilakukan dengan cara konvensional melalui stek pucuk dan stek akar, namun persentase keberhasilannya masih rendah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan aplikasi teknologi kultur jaringan.
Untuk mendukung keberhasilan penanaman cendana dan peningkatan produktivitasnya, Badan Litbang Departemen Kehutanan menerbitkan booklet "Teknik persemaian dan informasi benih cendana" yang berisi informasi tentang cendana. Selain itu Balitbang juga melakukan penelitian dan pengembangan cendana, meliputi aspek silvikultur dan perbenihan, aspek pemuliaan tanaman, maupun dari aspek biometrika.
Penelitian dari aspek silvikultur dan perbenihan, diketahui bahwa di antara 6 jenis inang yang disemai bersama cendana (Casuarina equisetifolia, Acacia mangium, Terminalia microcarpa, Sesbania grandiflora, Bixa orelana dan Capsium frustescens), prosentase hidup paling besar adalah persemaian cendana bersama C. equisetifolia. Sebaiknya inang ditanam 1 tahun lebih dahulu agar cendana memperoleh naungan. Penggunaan ukuran kantung plastik 7 x 20 cm2 sampai 15 x 25 cm2 secara nyata mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, persentase hidup, dan kualitas bibit cendana. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa usia sapih yang memberikan respon pertumbuhan tinggi adalah 43 hari dihitung dari saat benih ditabur.
Selanjutnya agar dapat diperoleh prosentase hidup tinggi, bibit yang digunakan minimal berumur 1 tahun. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Rootone-F dengan konsentrasi 120 ppm meningkatkan prosentase hidup stump cendana maksimum pada umur 15 bulan sebesar 51%. Penelitian terhadap pengembangan perakaran organ kultur menunjukkan bahwa penggunaan media dasar - MS ditambah zat pengatur tumbuh IBA 20 mg per liter dan IAA 1 mg per liter serta konsentrasi kinetin 0,75 mg perliter memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan dan perakaran cendana.
Pemeliharaan tanaman cendana yang perlu dilakukan antara lain:
- Penyiraman secara rutin 2 kali seminggu, untuk daerah yang kering bisa menggunakan metode infus dengan botol aqua atau bambu. Untuk metode infus dengan botol aqua dalam satu bulan dilakukan penggantian/penambahan air sebanyak 4 kali.
- Penanggulangan gulma dilakukan secara manual maupun dengan penyemprotan herbisida.
- Pemupukan dilakukan 2 kali setahun.
Penyakit yang banyak menyerang tanaman cendana adalah embun jelaga (kasus di plot uji coba B2PBPTH), sedangkan hamanya adalah kutu sisik dan ulat. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida (Decis, dll) dan fungisida.
Penelitian juga dilakukan dari aspek pemuliaan tanaman dan aspek biometrika yaitu riap tanaman.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi Masyhud, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2009