... Mudah-mudahan saja konsep musik ini bisa menjadi warna baru dalam musik di Tanah Air yang bisa diterima secara baik oleh generasi penerus...

Denpasar (ANTARA News) - Artmoschestra, grup musik asal Kota Malang, Jawa Timur, menyuguhkan komposisi perpaduan instrumen digital dengan etnik dari Nusantara dan China.

"Konsep musik kami adalah memadukan instrumen digital dengan etnik, yang warna nadanya memunculkan unsur tradisi timur dan barat," kata Redy Prasetyo, salah satu personel grup Artmoschestra sebelum tampil di satu festival di Denpasar, Sabtu malam.

Dia menjelaskan, penggunaan efek digital yang diharmonisasikan dengan warna lokal tersebut supaya dapat dengan mudah diterima oleh kalangan muda.

"Mudah-mudahan saja konsep musik ini bisa menjadi warna baru dalam musik di Tanah Air yang bisa diterima secara baik oleh generasi penerus," ujar pria asal Besuki, Kabupaten Situbondo, ini.

Redy mengatakan, pada konser tersebut, grupnya tidak hanya menggunakan instrumen dari daerah Jawa saja, namun juga memasukkan Erhu, alat musik gesek asal China.

Pada kesempatan itu, tambah dia, grup musik tersebut akan menampilkan empat atau lima komposisi lagu yang dibawakan secara medley.

"Empat komposisi lagu tersebut, yakni berjudul "Madakaripura", "Spirit of Petra Salira", "Ura-uri Tengger" dan "Madurasa".

Menurut Redy, keempat komposisi itu memiliki pesan moral dan makna yang terkandung di dalamnya, salah satunya lagu "Spirit of Petra Salira".

Lagu tersebut, tambah dia, mengandung pesan supaya setiap orang tidak malu menjadi diri sendiri, seperti yang dicerminkan pada komposisi yang mengangkat tema upacara kematian masyarakat suku Tengger.

Pada upacara itu cukup berbeda dengan ritual ngaben di Bali, sebab kalau masyarakat Tengger tidak membakar jenazah, namun bunga. Bunga yang dibakar adalah bunga edelweis.

"Pada lagu itu kami mencoba mengajak supaya semua orang bisa memiliki semangat dalam menjaga kelokalannya secara konsisten, seperti yang tercermin oleh masyarakat suku Tengger yang tetap melakukan tradisi tersebut meskipun zaman terus berubah. Mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh globalisasi," ujarnya. (KR-IGT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011