Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia ditutup di level terkuatnya bulan ini terhadap dolar, baik di Moskow maupun di bursa luar negeri pada Rabu (23/3/2022), setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mulai menjual gasnya ke negara-negara "tidak bersahabat" dalam rubel.
Rubel berakhir di bawah 100 per dolar, masih turun lebih dari 22 persen tahun ini, karena Rusia menghadapi sanksi ketat secara global yang dipicu oleh invasinya ke Ukraina akhir bulan lalu.
Harga gas Eropa melonjak setelah pengumuman mengejutkan Putin, di tengah kekhawatiran langkah itu akan memperburuk krisis energi di kawasan itu.
"Tampaknya ini adalah upaya otoritas Rusia untuk menerapkan tekanan pada negara-negara Barat dengan memaksa pembeli asing gas Rusia menggunakan rubel, dengan manfaat tambahan mendukung nilai mata uang," kata Liam Peach, ekonom Emerging Europe di Capital Economics dalam catatan klien.
Rubel menguat 6,0 persen menjadi ditutup pada 97,7375 per dolar di Moskow setelah menyentuh 94,9875, terkuat sejak 2 Maret. Rubel ditutup naik 8,8 persen pada 96,5 di platform transaksi EBS. Kedua harga penutupan tersebut merupakan yang terkuat sejak Februari.
Baca juga: Kurs rubel Rusia merosot, anjlok hampir 25 persen selama 4 minggu
Terhadap euro, rubel naik 6,0 persen menjadi 108,01 di Moskow.
Perdagangan obligasi OFZ dilanjutkan minggu ini, dan bank sentral Rusia mengumumkan beberapa perdagangan pasar saham akan dilanjutkan pada 24 Maret setelah jeda hampir sebulan, dengan 33 sekuritas yang dimasukkan ke dalam indeks acuan IMOEX yang ditetapkan untuk diperdagangkan di Bursa Moskow untuk jangka waktu terbatas dan dengan larangan short selling.
Sejauh ini, bank sentral belum mengungkapkan ukuran intervensinya di pasar OFZ yang membantu menstabilkan harga dan memberikan likuiditas ekstra ke sistem keuangan.
Imbal hasil acuan obligasi OFZ 10-tahun, yang bergerak terbalik dengan harga mereka, ditutup pada 13,85 persen pada i Rabu (23/3/2022) setelah mencapai rekor tertinggi 19,74 persen pada Senin (21/3/2022). Imbal hasil acuan tersebut mencapai 8,42 persen pada akhir 2021.
Rusia tampaknya telah menghindari default (gagal bayar) pada utang luar negeri dengan melakukan pembayaran kupon dalam dolar pada obligasi asing yang jatuh tempo pada 2029. Seorang pemegang obligasi mengatakan pembayaran telah diterima.
Baca juga: Rubel naik di Moskow, jatuh di luar negeri pada perdagangan bergejolak
Tetapi pemegang Eurobond perusahaan domestik Rusia menghadapi penundaan dalam menerima pembayaran yang diselesaikan melalui agen internasional, karena transaksi terganggu oleh sanksi, National Settlement Depository (NSD) Rusia, perusahaan dan analis mengatakan.
Permintaan likuiditas rubel telah menurun karena bank sentral menjual 0,8 triliun rubel (7,7 miliar dolar AS) pada lelang repo "penyesuaian" satu hari pada Rabu (23/3/2022), lebih rendah dari hari-hari sebelumnya.
"Permintaan pada lelang repo semalam turun dengan cepat," kata pialang Veles Capital dalam sebuah catatan, menjelaskan bahwa meskipun tingkat likuiditas bank telah turun ke level terendah sejak Juni tahun lalu, pemberi pinjaman membayar utang repo sebelumnya ke bank sentral.
Baca juga: Rubel Rusia sedikit lebih tinggi karena pasar incar pembayaran kupon
Baca juga: Putin: Negara "tak bersahabat" beli gas Rusia dengan mata uang rubel
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022