Jakarta (ANTARA) - Chair Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network (AIDRAN) Dina Afrianty mengatakan perlu dipastikan kebutuhan pendidikan siswa berkebutuhan khusus dapat terpenuhi dengan baik saat menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) di tengah pandemi COVID-19.
"Kita bisa bayangkan, sebelum pandemi teman-teman disabilitas banyak mengalami kendala di sekolah dan perguruan tinggi, tapi dengan pandemi dan pembelajaran online, masalah jadi jauh lebih besar lagi," kata Dina, dalam Webinar Advokasi Pendidikan dalam Merespons Pandemi COVID-19 di Jakarta, Rabu.
Dalam keterangan tertulis, Dina menuturkan PJJ tidak hanya memberikan dampak buruk pada siswa biasa saja, melainkan juga kepada siswa dengan kebutuhan khusus. Bahkan sistem pembelajaran tersebut dinilai lebih sulit untuk dilakukan oleh siswa dengan kebutuhan khusus.
Keterbatasan dalam PJJ juga memunculkan kekhawatiran bagi pembelajar berkebutuhan khusus, utamanya mahasiswa, karena mereka akan segera memasuki dunia kerja.
Berdasarkan penelitian AIDRAN dengan guru-guru di berbagai daerah di Indonesia, banyak siswa dengan kebutuhan khusus, baik yang ada di sekolah inklusi maupun non-inklusi, yang kemudian tidak bisa bersekolah karena tidak ada pendampingan dari guru.
Meskipun, banyak juga guru yang sudah melakukan inisiatif untuk datang ke rumah siswa untuk memberikan materi pembelajaran.
Dina mengatakan mereka mengalami learning loss karena selama pandemi harus belajar sendiri, dan tidak mendapat bantuan seperti alat bantu laptop, ponsel, atau beasiswa.
"70 persen mahasiswa disabilitas mengatakan tidak mendapatkan bantuan apapun. Ini mengkhawatirkan karena siswa dengan disabilitas banyak datang dari kondisi ekonomi yang rendah," tuturnya.
AIDRAN adalah jaringan kerja sama yang bertujuan untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan di bidang penelitian disabilitas dan inklusi sosial.
Sementara itu, peneliti senior di SMERU Research Institute Ulfah Alifia menuturkan perlu dilakukan upaya untuk memulihkan kemampuan belajar siswa setelah lama menjalani PJJ.
Upaya tersebut adalah intervensi khusus kepada guru dengan cara melakukan suatu pengajaran terdiferensiasi, yakni pembelajaran yang memperhatikan level kemampuan siswa, di mana guru perlu melakukan penilain terlebih dulu pada siswa.
Selanjutnya, pembelajaran perlu difokuskan pada literasi dan numerasi, yang mana targetnya tidak memberatkan siswa dan guru.
"Lalu pemerintah juga perlu berinvestasi pada sistem, karena orang tua perlu mendampingi siswa saat PJJ," tuturnya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022