... masih sulit untuk mengembangkan kerajinan ini, masih terkendala dengan modal yang terbatas. Peralatan kami juga masih terbatas...
Kediri (ANTARA News) - Para pengrajin batik di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku kebingungan untuk mencari tambahan modal, guna meluaskan usahanya. Hal ini sangat umum terjadi bagi dunia usaha kecil di Tanah Air.
"Sampai saat ini masih sulit untuk mengembangkan kerajinan ini, masih terkendala dengan modal yang terbatas. Peralatan kami juga masih terbatas," kata Adi Wahyono, salah seorang pengrajin batik asal Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jumat.
Ia mengatakan, kerajinan potensi batik di kabupaten cukup menjanjikan. Terlebih lagi, Unesco juga sudah mengakui batik tulis sebagai produk asli Indonesia. Pemerintah pun juga mendukung sepenuhnya perkembangan kerajinan ini.
Untuk masalah harga, ia mengatakan batik tulis memang mahal. Harga yang paling murah adalah Rp150 ribu hingga Rp800 ribu. Tetapi, harga itu sesuai dengan tingkat kerumitan serta proses pembuatan yang memerlukan waktu.
Di Kediri, kata dia, kerajinan batik awalnya memang kurang diperhatikan. Hal itu terbukti, dengan belum ada ciri khusus dari batik yang dibuat dari kabupaten.
"Belum ada ciri khusus batik asal kabupaten. Kalau corak yang ada, ya yang tradisional, tetapi yang mengangkat Kediri secara khusus belum ada," katanya.
Untuk itu, ia berupaya menciptakan batik dengan mengambil ornamen dari Candi Tegowangi di Kecamatan Plemahan. Banyak ornamen di candi itu yang secara struktur lebih halus daripada ornamen di candi lain, dan lebih bagus.
"Saya sudah mencoba survei di sejumlah situs, dan yang paling menarik adalah ornamen di Candi Tegowangi. Untuk itu, saya mencoba menjadikan ini sebagai ciri khas batik dan mengangkat Kediri," kata pria lulusan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini.
Adi mengatakan, kerajinan yang ia mulai ini masih terbilang baru. Ia baru memulai karirnya di bidang batik tulis ini masih setahun yang lalu, 2010. Tetapi, ia berhasil menjuarai tiga lomba tentang batik yang diselenggarakan pemda, pada 2010, yaitu desain batik kategori fauna, kategori bebas, dan kategori flora.
Pengalaman membatik, kata dia, diperoleh dari neneknya yang dulu tinggal di Blitar. Namun, pascakuliah ia memutuskan untuk menekuni desain interior, dan baru pada 2010 ini pulang ke rumah orangtuanya di Kediri dan membuat kerajinan batik. (ANT-073)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011