Apa "dosa" Tevez? Satu saja, ia terlalu mencintai diri sendiri. Ia tidak peka dengan nurani kebersamaan dari City

Jakarta (ANTARA News) - Carlos "Jackass" Teves, begitu olok-olok sebuah media massa Inggris yang kian jengah melihat perilaku "mbalelo" seorang pemain asal Argentina dengan menolak bermain membela panji klubnya.

Tevez melakukan desersi, padahal ia striker subur dengan mengemas 21 gol di musim 2010/2011 Premier League. Ah, Teves "lebay".

Pada duel yang berakhir 2-0 untuk Bayern Munich dalam laga Liga Champions, Tevez masuk skuad City sebagai pemain cadangan. Menurut pengakuan pelatih Roberto Mancini, Tevez menolak ketika diminta bermain. Buntutnya, ia diskors selama dua pekan dan bakal dijual dengan dibanderol seharga 20 juta poundsterling dalam bursa transfer pemain pada Januari 2012.

Sebelumnya, pelatih asal Italia Mancini mengajukan mosi tidak percaya dengan menegaskan bahwa karier Tevez di City "telah berakhir". Dengan lugas dan tegas, ia telah membicarakan soal Tevez kepada pemilik klub sebelum mengambil keputusan mengenai masa depan pemain itu. Dan manajemen puncak City mendukung Mancini dan menyayangkan sikap Tevez.

Mantan pemain Manchester United itu (2007-2009) buru-buru mengajukan pledoi. Katanya, "Di Munich pada Rabu itu, saya telah melakukan pemanasan dan siap masuk lapangan. Ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan segala rincian soal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa itu. Saya tegaskan kembali bahwa saya tidak menolak bermain."

"Saya ingin meminta maaf kepada seluruh fan Manchester City dengan mereka yang selama ini telah menjalin hubungan dengan klub ini. Ini semua lantaran ada kesalahpahaman saat tim tampil di Munich," katanya lagi.

Minta maaf? Nasi telah menjadi bubur, Tevez. Fans City sudah menghardik, enyah secepatnya dari City! Bukankah Tevez telah dilego senilai 47 juta poundsterling dari United? Toh, Tevez berperilaku seperti kacang lupa kulit. Ia sosok yang tidak bisa diuntung seperti diungkapkan oleh Mancini.

Ketika ditanya soal Tevez, Mancini menjawab, "Saya tidak memutuskan soal itu. Saya telah menolong Carlos selama dua tahun. Saya tidak dapat menerima perilakunya itu. Bagi saya, ini jelas-jelas situasi yang kurang terpuji dalam pertandingan. Adalah tidak mungkin seorang pemain menolak tampil bagi tim," katanya.

Secepatnya dia harus angkat koper dari Etihad Stadium, demikian pendapat 90 persen fans City sebagaimana jajak pendapat yang dilakukan oleh harian Manchester Evening News. Berbagai laman fans City mendesak agar Tevez segera hengkang dari kubu The Citizens.

Editor laman mcfc-forum.com, Andy Savage menulis, "Pilihannya kini tinggal memecat dia atau tidak. Setelah menilik dari perilakunya itu, seluruh fans memandang bahwa ia telah mengingkari etika." Bahkan pengamat sepak bola Graeme Souness menjuluki Teves sebagai "apel busuk" (bad apple).

"Ini bukan soal uang yang telah begitu banyak digelontorkan City. Mengapa seorang pemain enggan berjuang bersama dengan rekan satu timnya? Hanya karena ia (Tevez) enggan? Kalau demikian, ia terlalu mementingkan diri sendiri," katanya.

"Ingat, mengapa ia sampai dilego dari United? Fergie mengambil keputusan itu tidak sembarangan. Fergie sudah tidak suka lagi melihat sepak terjang. Tevez telah mencederai sepakbola," katanya lagi.

Semasa membela Corinthians pada 2005-06, Tevez pernah berkelahi dengan rekan satu timnya. Padahal klub itu tengah mengecap gelar sebagai juara Brasil (2005) dan ia menyabet penghargaan sebagai pemain terbaik tahun itu juga.

Corinthians membeli Tevez dengan nilai kontrak 18 juta dolar AS dari Boca Junior pada 2004. Jumlah itu tercatat sebagai rekor transfer tertinggi bagi klub sepakbola Amerika Selatan.

Pada 2006-2007, ia dikontrak West Ham. Tampil dalam 29 laga, ia mencetak tujuh gol. Lagi-lagi, ia terlibat kasus seputar kontrak yang bermasalah. Ujung-ujungnya, West Ham didenda 5,5 juta poundsterling. Selanjutnya, ia melanjutkan petualangannya ke Old Trafford (2007-2009). Selama dua tahun, ia turun dalam 99 laga dan menyarangkan 34 gol. Setelah itu, ia melego jangkar di pelabuhan City.

Pasang surut ziarah Carlos "Jackass" Tevez mengerucut kepada perbincangan soal pengembangan diri seseorang di laga kehidupan. Filsuf Jacques Maritain punya pendapat menarik soal pencarian jati diri hidup "yang baik" dan hidup "yang bahagia".

"Dalam perspektif Kebahagiaan sebagai Kebaikan tertinggi, aku tidak dapat membebaskan diriku dari cinta diri. Kita terkurung dalam cinta diri. Kiat terus mencita-citakan, pembebasan dari cinta diri," katanya.

Apa "dosa" Tevez? Satu saja, ia terlalu mencintai diri sendiri. Ia tidak peka dengan nurani kebersamaan dari City. Sejak September 2010, City tak pernah keluar dari empat besar. Musim lalu, mereka keluar sebagai tim dengan kebobolan terminim. Dan Mancini berambisi membawa pulang trofi Premier League ke City of Manchester.

Soal kebersamaan dalam tim, Tevez perlu belajar dari pemain Chelsea Frank Lampard yang disebut-sebut mulai "disingkirkan" oleh Andre Villas-Boas.

Gelandang berusia 33 tahun itu paham bahwa ia cepat atau lambat bakal kembali ke bangku cadangan. Fakta itu tidak akan memantik pijar permusuhan secara pribadi dengan Villas-Boas sebagai manajer yang punya wewenang melakukan rotasi pemain.

Lampard menyatakan, "Setiap orang kini tahu akan apa yang menimpa Carlos Tevez di Munich kali lalu. Saya sendiri tidak akan bertindak serupa. Saya tidak akan mengungkit kehidupan pribadi seseorang karena saya paham betul pemain dapat mengalami frustrasi ketika ia tidak dimainkan bersama timnya. Banyak orang dapat membuat keputusan keliru di saat keliru kemudian ia menyesal."

"Kami semua dilatih terbiasa mengelola rasa frustrasi dengan banyak cara dan saya tidak akan pernah memaksakan diri untuk tampil ke lapangan. Saya akan selalu membiasakan diri terlibat dalam tim," kata Lampard.

Dan Tevez telah melupakan dan mengabaikan kebersamaan. Kebersamaan, kebersamaan, dan kebersamaan!
(A024)

Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011