Jakarta (ANTARA News) - Pesawat Adam Air B 737-300 bernomor penerbangan DHI 782 rute Jakarta-Makassar telah kehilangan arah (lost orientation) sekitar 20 menit pasca-tinggal landas (take off), kata Menteri Perhubungan (Menhub) Hatta Rajasa. "Berdasarkan laporan sementara, pesawat itu memang telah lost dengan ATC (Air Traffic Control) sejak 20 menit setelah take off dari Soekarno-Hatta, dan diduga sistem navigasinya bermasalah," katanya saat dihubungi di Jakarta, Sabtu malam. Namun, tegasnya, penyebab teknis mengapa hal itu terjadi harus menunggu hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Saya sudah minta KNKT untuk menyelidiki hal ini. Untunglah pendaratan darurat di Bandara Tambulako, NTT, mulus meski sebenarnya sangat berbahaya, karena kapasitas bandara itu bukan untuk B 737 series," katanya. Pesawat yang tinggal landas dari Bandar Udara Soekarno Hatta pukul 06.27 WIB dan membawa 145 penumpang itu mendarat darurat di Bandara Tambulako, Nusa Tenggara Timur (NTT), pukul 09.45 WITA. Menurut Wakil Direktur Komunikasi Adam Air, Dave Laksono, pendaratan darurat di Tambulako dilakukan, karena buruknya cuaca di Bandara Hasanuddin dan bandara alternatif lain, seperti Balikpapan juga sama, sementara Ngurah Rai di Denpasar, Bali, terlalu padat. "Memang setelah tim teknis menyelidiki kondisi pesawat ada dugaan sistem navigasi pesawat terganggu tetapi saat berangkat dari Jakarta kondisinya baik," kata Dave. Dave menolak menjawab pertanyaan pers tentang dugaan penyebab rusaknya sistem navigasi pesawat itu. "Kalau soal itu, kita tunggu saja hasil penyelidikan KNKT," kata Dave. Dia juga menolak secara rinci berapa lama pesawat tersebut mengalami kesulitan navigasi atau kehilangan orientasi selama di udara. Dia juga mengatakan pihaknya siap menanggung kerugian penumpang akibat kejadian ini. "Kami juga memohon maaf," tukasnya. Sekitar pukul 21.00 WIB (11/2), kata Dave, seluruh penumpang dijadwalkan tiba di Bandara Hasanuddin, Makassar. "Mereka kita evakuasi dengan B 737 200 dari Ngurah Rai, dan selanjutnya meneruskan perjalanan ke Makassar ," kata Dave. Ia juga menolak adanya spekulasi bahwa pesawat DHI 782 itu mengalami gangguan APU (Auxiliary Power Unit), yakni perangkat yang berfungsi memasok listrik atau tenaga ketika mesin belum hidup untuk menghasilkan listrik dan sistem pendinginan. "Dari segi letak juga beda jauh, yakni APU di bagian belakang pesawat, sementara alat navigasi ada di depan," demikian Dave. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006