Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) menyatakan optimistis sumber daya manusia (SDM) pariwisata Indonesia siap bersaing dengan SDM pariwisata dari negara ASEAN yang lain.

"Dalam posisi tenaga kerja pariwisata, Indonesia dalam posisi yang `leading` di kawasan ASEAN. SDM kita siap bersaing dengan SDM pariwisata dari negara ASEAN yang lain," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kemenbudpar, I Gde Pitana, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, SDM pariwisata Indonesia memiliki kualitas yang sudah relatif baik terlihat dari sejumlah indikator yakni peringkat World Economic Forum (WEF) untuk tenaga kerja pariwisata Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sebagai gambaran pada 2009, peringkat SDM pariwisata Indonesia menurut WEF sudah berhasil menempati ranking ke-40 dari 133 negara.

Selain itu, sekolah tinggi pariwisata termasuk akademi pariwisata di Indonesia telah menerapkan kurikulum yang berlaku dan diakui resmi di kawasan ASEAN yakni ASEAN Common Competency Standard for Tourism Professional (ACCSTP).

"Kurikulum ACCSTP ini 80 persen komponennya diusulkan oleh Indonesia sehingga secara otomatis sudah sejak lama kita menerapkan kurikulum seperti ini," katanya.

Melalui fakta-fakta itulah, pihaknya optimistis SDM pariwisata Indonesia siap bersaing dengan SDM dari negara lain.

Kenyataan riil di lapangan, kata Pitana, sudah banyak SDM pariwisata asal Indonesia yang bekerja di negara ASEAN lain seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia di level middle up. Sebaliknya masih sedikit SDM dari negara lain yang menepati posisi strategis di sektor pariwisata di Indonesia.

"Faktanya kita sudah banyak melakukan ekspor tenaga kerja pariwisata kita di luar negeri untuk posisi yang strategis atau berkeahlian," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan kualitas tenaga kerja di sektor pariwisata memegang peranan yang sangat penting, terlebih dalam menghadapi tantangan di tataran regional ASEAN yang telah sepakat menerapkan kemudahan mobilitas tenaga kerja pariwisata di kawasan melalui Mutual Recognition Arrangement (MRA).

Kesepakatan yang mulai berlaku pada 2015 itu mengharuskan tidak adanya lagi sekat antar-negara dalam hal mobilisasi tenaga kerja di kawasan ASEAN sehingga potensial mendorong terjadinya aliran arus bebas tenaga kerja di kawasan ASEAN.

Pitana melihat hal itu sebagai ancaman yang harus dijadikan peluang bagi pengembangan SDM pariwisata Indonesia.

"Hal yang menjadi persoalan adalah masih adanya paradigma yang belum berkembang terutama dari Pemda untuk melakukan investasi jangka panjang di bidang pendidikan pariwisata untuk putra-putra daerahnya," katanya.

Ia menyarankan agar Pemda tidak segan-segan memfasilitasi peningkatan kualitas SDM di bidang pariwisata dengan berbagai upaya. Dengan demikian SDM pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun ke depan semakin meningkat daya saingnya, demikian I Gde Pitana.

(H016)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011