Untuk mengatasinya, salah satu konsep yang sedang digarap pemerintah dan IDI yakni melalui pengembangan wisata kesehatan (health tourism)
Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) dr Daeng M Faqih mengemukakan bahwa para dokter dan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia tidak kalah dengan negara lain, hanya saja butuh tercitrakan (branding) dari pemerintah dengan baik di tengah masyarakat.
“Branding yang belum, secara teknologi (Indonesia) tidak jauh berbeda dengan luar negeri,” katanya di sela-sela pembukaan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-31 dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-22 di Banda Aceh, Provinsi Aceh, Rabu.
Ia menyatakan IDI tidak menampik terkait masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga banyak warga memilih untuk berobat ke luar negeri ketimbang di Tanah Air.
Setelah ditelusuri, menurut Daeng, hal itu tidak terlepas dari banyaknya masyarakat yang belum mengetahui bahwa kemampuan dokter, fasilitas, hingga teknologi kedokteran di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan luar negeri.
Untuk mengatasinya, lanjut dia, salah satu konsep yang sedang digarap pemerintah dan IDI yakni melalui pengembangan wisata kesehatan (health tourism).
Tentunya dalam gagasan tersebut, kata dia, sangat diperlukan upaya branding dari pemerintah terhadap fasilitas, kualitas pelayanan, hingga teknologi kedokteran di Indonesia agar tingkat kepercayaan masyarakat tinggi.
“Baik itu dokter, teknologinya, sarananya, itu di-'branding'. Karena kita ini, dokter ini dan kawan-kawan pelayanan ini, tidak boleh mengiklankan diri, itu dalam etik tidak dibolehkan,” katanya.
Oleh karenanya, kehadiran pemerintah sangat dibutuhkan melalui program wisata kesehatan ini dalam upaya mencitrakan sekaligus membantu menginformasikan kepada masyarakat bahwa sistem pelayanan kedokteran di Indonesia juga bagus.
“Supaya masyarakat mengetahui bahwa tidak kalah kita dengan pelayanan luar negeri, kompetensi juga tidak kalah,” demikian Daeng M Faqih.
Baca juga: IDI: 751 dokter meninggal akibat COVID-19 selama pandemi
Baca juga: Presiden: Dokter Indonesia harus adaptif terhadap teknologi baru
Baca juga: Kemenparekraf gandeng IDI kembangkan wisata kesehatan
Baca juga: Menparekraf bersama dokter Indonesia kembangkan health tourism
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022