memacu semakin banyak pemangku kepentingan
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 16 inisiatif dari pemerintah, asosiasi dan masyarakat tentang pemanfaatan teknologi digital masuk nominasi ajang World Summit on The Information Society (WSIS) Prizes 2022.
"Penghargaan ini akan memacu semakin banyak pemangku kepentingan untuk bekerja sama mencari terobosan lain, tidak hanya demi penghargaan, tapi, juga bermanfaat bagi masyarakat," kata juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, saat jumpa pers virtual, Rabu.
WSIS adalah forum internasional yang berada di bawah naungan International Telecommunication Union (ITU). Forum ini memiliki ajang penghargaan bagi proyek teknologi informasi dan komunikasi yang dinilai berdampak pada perkembangan TIK dan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable goals).
Untuk ajang tahun ini, terdapat 16 inisiatif dari Indonesia yang masuk menjadi nominasi, antara lain berasal dari program Kominfo, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Kota Madiun.
Tiga inisiatif dari Kominfo masuk nominasi untuk berbagai kategori WSIS, yaitu program The Digital Literacy Netizen Fair, National Digital Talent Pool (SIMONAS) dan Generasi Bersih dan Sehat (Clean and Healthy Generation).
Sementara dari BAKTI, badan yang berada di bawah Kominfo, terdapat empat program yang masuk nominasi yaitu Connecting Frontier, Outermost, and Disadvantaged Regions of Indonesia through Digital Ecosystem Initiatives; Indonesia Teaching Fellowship - Digital Platform to Enhance Capacity Building for Teachers and Students; Impact Adventures - Digital Platforms for Promotions of Lesser-Known Tourism Destinations; dan BAKTIDesa.id - Empowering Village Enterprises through Digital Platform.
Kepala Divisi Layanan TI untuk Masyarakat, BAKTI, Ari Wahyuniarti menjelaskan program-program yang mereka ajukan WSIS Prizes mencakup sektor pendidikan, pariwisata dan ekonomi digital di desa.
BAKTI sudah mengerjakan inisiatif tersebut setidaknya sejak 2019.
"Perpaduan akses telekomunikasi yang merata ditambah pembangunan kapasitas, pendampingan terus-menerus dan pemanfaatan aplikasi yang sesuai dengan konteks budaya masyarakat ternyata bisa membawa dampak yang signifikan," kata Ari, dalam jumpa pers yang sama.
Untuk melaksanakan program-program tersebut, BAKTI menggandeng pemerintah daerah, perusahaan rintisan dan komunitas di setiap wilayah.
"Harapannya, program ini juga bisa diadaptasi di daerah lain," kata Ari.
Ari juga melihat ajang WSIS Prizes ini menjadi kesempatan untuk bekerja sama dengan negara lain, yang mungkin memiliki kasus yang mirip dengan Indonesia.
APJII menyumbang satu program untuk nominasi ini, yaitu Indonesia Internet Exchange Single Cloud, Bridging Smart Internet Access through Distributed Internet Exchange Indonesia.
Sekretaris Jenderal APJII Zulfadly menjelaskan mereka sudah cukup lama menjalankan program Indonesia Internet Exchange dengan hasil yang cukup berdampak besar bagi masyarakat, yaitu tarif internet lebih terjangkau bagi masyarakat, termasuk bagi mereka yang tinggal di luar ibu kota Jakarta.
"Jika bisa ke seluruh Indonesia, maka masyarakat yang ada di daerah jauh dari Jakarta akan bisa merasakan internet berkualitas yang kurang lebih sama dengan Jakarta," kata Zulfadly.
APJII merasa terpanggil mengikutsertakan program ini karena melihat apa yang mereka kerjakan bisa menjadi studi kasus bagi negara lain yang memiliki topografi berupa negara kepulauan seperti Indonesia.
MIN 1 Kota Madiun memiliki dua program sekaligus yang masuk nominasi, yaitu Belajar Mandiri Cerdas Terdidik dan Podcast Talkshow Literat, Jujur dan Kreatif. Perwakilan MIN 1 Kota Madiun, Azis Mushoffa, program-program tersebut bermula dari tantanga kegiatan belajar dari jarak jauh ketika pandemi melanda.
Sekolah berinisiatif merancang kurikulum yang bisa memaksimalkan belajar online dan disiarkan di platform digital. Kegiatan sekolah online ini kemudian dikembangkan menjadi siaran podcast yang membahas isu terkini.
Sekolah tersebut berinisiatif menggandeng narasumber yang memiliki kompetensi agar isu yang beredar tidak menimbulkan misinformasi.
"Akhirnya (program-program) kami kembangkan tidak hanya sebagai sumber belajar, tapi, juga kami manfaatkan untuk memperkenalkan dasar-dasar keislaman dan budaya Indonesia," kata Azis.
Selain program-program yang disebutkan di atas, turut masuk menjadi nominasi adalah Desa Digital dari Jakarta Digital Service, Digital Content Writing Training for Visually Impaired People to be A Digital Nomad Talent dari SUARISE dan Villages Information Services - Leveraging ICT for Irrigated Agricultural Information dari 8villages Indonesia.
Program lainnya adalah Class Chat - Smart Learning "Application Android for Learning without Internet Quota/Data Package" dari RTIK Magetan, Flood Control System dari Jakarta Smart City dan Combating COVID-19 Hoaxes through Digital Public Communication and Multistakeholder Collaboration dari ICT Watch.
Semua program yang masuk nominasi akan diseleksi oleh panitia WSIS Prizes dan para ahli TIK menjadi Champion. Setelah masuk Champion, inisiatif itu kembali diseleksi dan keluar sebagai Winner atau pemenang.
Selain seleksi dari juri, inisiatif tersebut juga membutuhkan suara atau vote melalui situs https://s.id/votewsis. Indonesia pernah menjadi pemenang WSIS Prizes antara lain melalui Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi pada 2020.
Menurut Dedy, penghargaan ini adalah penting karena inisiatif-inisiatif yang masuk WSIS akan diinformasikan ke negara-negara lainnya. Selain ajang penghargaan, WSIS juga menjadi pertukaran informasi dan pengetahuan tentang inisiatif yang bermanfaat bagi masyarakat.
Baca juga: BAKTI masuk nominasi WSIS Prizes 2022
Baca juga: Siberkreasi raih penghargaan WSIS Prizes 2020
Baca juga: Kominfo singgung digitalisasi pemilu saat bertemu KPU
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022