Klaten (ANTARA News) - Hutan Jati milik Perum Perhutani di petak 92 B, Dukuh Winong, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (29/9) malam terbakar.
Berdasar pantauan, titik api di hutan tersebut terlihat memanjang puluhan meter, dan lokasi kebakaran berada di atas perbukitan yang ada di sekitar lokasi kawasan wisata Rawa Jombor.
Dari informasi yang didapat, munculnya titik api di hutan mulai terlihat sejak pukul 16.00 WIB, namun baru membesar selepas waktu Magrib atau sekitar pukul 18.30 WIB.
Lokasi terbakarnya hutan ini hanya berjarak ratusan meter dari permukiman warga, sehingga ketika api terlihat membesar, warga sekitar sempat panik.
"Awalnya sempat panik, lalu ada dari warga yang langsung menghubungi Kantor SAR (Search and Rescue) untuk meminta bantuan pemadaman api," ujar Pur, salah satu warga setempat.
Puluhan warga lantas berupaya memadamkan api agar tak semakin membesar dan merembet ke permukiman mereka dengan cara manual, karena mobil pemadam kebakaran tak mungkin dapat menjangkau lokasi karena medannya yang terjal.
Namun menurut warga, sejauh ini permukiman penduduk masih aman dari ancaman merembetnya api ke rumah-rumah mereka karena jarak lokasi terbakarnya hutan tersebut masih jauh.
"Pemadaman dilakukan dengan cara manual, menggunakan kayu yang dibasahi dan pukul-pukulkan ke tanaman yang telah terbakar," kata salah satu Anggota SAR Klaten Deni Nurindra.
Menjelang tengah malam sekitar pukul 23.30 WIB akhirnya api yang membakar hutan tersebut berhasil padam.
Menurut Deni, tanaman yang terbakar baru sebatas semak belukar dan daun jati kering, serta belum membakar tumbuhan yang sengaja ditanam di hutan tersebut seperti pohon jati dan tanaman lainnya.
"Yang terbakar baru semak belukar dan daun jati kering, tapi jumlahnya sudah lumayan banyak sehingga harus segera dipadamkan agar tak merembet ke tanaman lainnya," tambahnya.
Jumlah anggota SAR yang diturunkan untuk membantu warga berjumlah 16 orang.
Sementara itu, Camat Bayat Agus Sukoco saat dihubungi mengatakan pihaknya baru menerima laporan kebakaran hutan tersebut secara lisan.
"Saya baru terima laporan secara lisan, tapi biasanya kebakaran di bukit tersebut bukan kebakaran yang tak disengaja, melainkan kegiatan para petani yang sengaja membakar sampah hutan namun tidak memerhatikan keamanan. Kegiatan semacam ini hampir setiap tahun dilakukan," katanya.
Menurutnya, pihaknya sudah seringkali memberi imbauan kepada petani dan warga setempat agar berhati-hati jika akan melakukan pembakaran sampah di hutan karena pada musim kemarau seperti sekarang ini rentan terjadi kebakaran di hutan.
Meski demikian ia mengaku belum bisa memastikan penyebab kebakaran hutan tersebut karena saat kejadian pihaknya tidak berada di tempat dan belum menerima laporan resmi terkait hal ini. (ANT)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011