Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat dibayangi proyeksi kebijakan agresif bank sentral Amerika Serikat The Fed.
Rupiah bergerak menguat 9 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.339 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.348 per dolar AS.
"Pergerakan hari ini masih cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, terutama berlanjutnya kenaikan imbal hasil US treasury, yang kemarin sempat diperdagangkan mencapai level tertinggi sejak Mei 2019," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Rully, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dipengaruhi oleh proyeksi kebijakan The Fed yang lebih agresif.
"Hal ini juga berdampak kepada pergerakan yield SBN, dan kenaikan yield SBN biasanya memiliki korelasi signifikan terhadap nilai tukar," ujar Rully.
Dari dalam negeri, lanjut Rully, sebenernya cukup positif, dengan prospek ekonomi yang baik dan kebijakan pemerintah yang masih akomodatif, serta masih baiknya neraca perdagangan
"Namun memang masih tidak dapat menahan sentimen negatif global, khususnya kenaikan yield US treasuries," kata Rully.
Rully memperkirakan rupiah mungkin rupiah berpotensi tertekan hari ini. Rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp14.325 per dolar AS hingga Rp14.377 per dolar AS.
Pada Selasa (22/3), rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.348 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.337 per dolar AS
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022