Bukittinggi (ANTARA News) - Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Tanahdatar dan Agam, Sumatera Barat, pada Kamis kembali menyemburkan asap hitam disertai abu vulkanik.
Asap hitam disertai abu vulkanik yang disemburkan dari kawah terlihat jelas dari kejauhan. Asap hitam disertai abu vulkanik ini mengarah ke Kabupaten Tanahdatar karena ditiup angin, demikian pantauan ANTARA di Sungaipuar, yang berada di bawah kaki gunung ini.
Seorang warga Sungaipuar Darmiwati, mengatakan asap hitam disertai abu vulkanik yang keluar dari kawah gunung tersebut berlangsung cukup lama.
"Asap hitam yang disertai abu vulkanik dibandingkan pada hari kemarin, kali ini cukup lama dan semburan abu di kepundan terlihat sangat kuat," ucapnya.
Dia menyebutkan, setelah sekitar 10 menit lebih asap hitam yang disertai abu vulkanik itu keluar, gunung mengeluarkan asap putih tebal. Gumpalan asap putih keluar juga berlangsung sangat lama.
"Asap putih tebal itu juga mengarah ke Kabupaten Tanahdatar. Hembusan asap yang mucul dari dalam kawah itu ke atas permukaan gunung sangat kuat," katanya.
Gunung berketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) mengalami peningkatan aktivitas sejak 3 Agustus 2011 sekitar pukul 09.00 WIB.
Salah satu gunung aktif di Sumbar ini sempat mengeluarkan abu vulkanik berbau belerang berketinggian 1.000 meter dan menjangkau sejumlah daerah di Sumbar, seperti Agam, Tanahdatar, Padangpariaman, dan Padangpanjang.
Petugas Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bukittinggi, Warseno, mengatakan bahwa pihaknya masih menetapkan status waspada level II. Dengan status itu pihaknya melarang pendakian lebih dari tiga kilometer dari puncak.
"Kita terus memantau perkembangan gunung tersebut, namun tidak lagi mendatangi lokasi karena alat seismograf yang dipasang di daerah Batupalano dan Lasi sudah bekerja maksimal," katanya.
BGPVMB telah memasang tiga alat seismograf dan satu digital analog pada ketinggian 2.000 meter di daerah Batu Palano, dan ketingian 1.500 meter di Lasi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011