pantai di Pulau Bawean menjadi habitat penyu laut bertelurGresik, Jatim (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pulau Bawean meminta agar warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jatim mulai memiliki kepedulian dengan penyu, sebab wilayah itu kini menjadi habitat baru penyu.
Kepala Resort Konservasi Wilayah (RKW) 11 BKSDA Pulau Bawean, Gresik, Nur Syamsi di Gresik, Selasa mengatakan, beberapa pekan lalu warga menemukan dua penyu yang merupakan hasil tangkapan jaring nelayan.
Kemudian, dua ekor penyu sisik berjenis kelamin jantan itu dirawat di rumah warga sekitar 15 hari, lalu dilepas di Pantai Dusun Pajinggahan, Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak Pulau Bawean.
"Kami bersama warga serta aktivis perkumpulan peduli konservasi Bawean dan Masyarakat Adat Bawean (MAB) melepas dua penyu sisik itu," kata Syamsi.
Baca juga: BKSDA Bali minta masyarakat tak ganggu aktivitas penyu bertelur
Baca juga: 33 penyu hijau dilepas di Pantai Kuta Bali
Ia mengatakan, sebelum dilepas, dua penyu sisik (Eretmochelys imbricata) itu lebih dulu dilakukan pengukuran, dan hasil pengukuran, yakni berat 3,4 kg, ukuran kerapas (panjang 34 cm lebar 31), panjang dari kepala 45 cm, panjang kaki depan 17 cm, kaki belakang 10 cm.
"Satunya berat 5,4 kg, ukuran kerapas (panjang 40 cm lebar 37), panjang dari kepala 53 cm, panjang kaki depan 21 cm, kaki belakang 13 cm," kata Syamsi.
Kepala Bidang Penelitian, Pendidikan, Pengembangan SDM dan Inovasi Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean, Yusra menjelaskan, penyu laut merupakan satwa dengan masa hidup yang sangat panjang.
"Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi dewasa sangat lama, dan kebanyakan jenis penyu berpindah-pindah dari habitat satu ke yang lainnya selama periode tertentu," katanya.
Migrasi yang dilakukan penyu, kata Yusra, jaraknya sangat jauh, baik saat menjadi tukik dan remaja, maupun setelah mereka dewasa, dan merupakan fenomena umum pada penyu laut.
Baca juga: Empat penyu dilepasliarkan di Pulau Kapoposang
Ia mengatakan, sebelum dilepas, dua penyu sisik (Eretmochelys imbricata) itu lebih dulu dilakukan pengukuran, dan hasil pengukuran, yakni berat 3,4 kg, ukuran kerapas (panjang 34 cm lebar 31), panjang dari kepala 45 cm, panjang kaki depan 17 cm, kaki belakang 10 cm.
"Satunya berat 5,4 kg, ukuran kerapas (panjang 40 cm lebar 37), panjang dari kepala 53 cm, panjang kaki depan 21 cm, kaki belakang 13 cm," kata Syamsi.
Kepala Bidang Penelitian, Pendidikan, Pengembangan SDM dan Inovasi Perkumpulan Peduli Konservasi Bawean, Yusra menjelaskan, penyu laut merupakan satwa dengan masa hidup yang sangat panjang.
"Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi dewasa sangat lama, dan kebanyakan jenis penyu berpindah-pindah dari habitat satu ke yang lainnya selama periode tertentu," katanya.
Migrasi yang dilakukan penyu, kata Yusra, jaraknya sangat jauh, baik saat menjadi tukik dan remaja, maupun setelah mereka dewasa, dan merupakan fenomena umum pada penyu laut.
Baca juga: Empat penyu dilepasliarkan di Pulau Kapoposang
Baca juga: Perhutani lepasliarkan ratusan tukik di Pantai Bama Baluran
Perempuan lulusan Magister Ilmu Biologi itu menambahkan, tukik dan penyu remaja bermigrasi panjang saat fase pelagis di lautan lepas.
"Oleh karena itu, panjangnya masa migrasi penyu akhirnya ditemukan di Pulau Bawean, sebab status Bawean itu di tengah-tengah antara Pulau Jawa dan pulau Kalimantan, sehingga wajar saja kalau Pulau Bawean dikelilingi oleh lautan, dan menjadi tempat migrasi penyu," katanya.
Oleh karena itu, Yusra berharap warga Pulau Bawean mempunyai kepedulian terhadap penyu seiring ditemukan penyu dalam keadaan tukik, remaja dan dewasa.
"Bahkan ini cukup bagus, sebab pantai di Pulau Bawean menjadi habitat penyu laut bertelur," katanya.
Perwakilan dari Masyarakat Adat Bawean, Ahen menyambut baik upaya mendorong masyarakat setempat untuk peduli penyu, dan akan berupaya melakukan sosialisasi pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan.
"Kami juga sudah memasang spanduk sosialisasi dan ajakan sadar lingkungan bagi masyarakat sekitar," katanya.
Baca juga: KKP gencarkan sosialisasi agar warga paham cara lindungi penyu
Perempuan lulusan Magister Ilmu Biologi itu menambahkan, tukik dan penyu remaja bermigrasi panjang saat fase pelagis di lautan lepas.
"Oleh karena itu, panjangnya masa migrasi penyu akhirnya ditemukan di Pulau Bawean, sebab status Bawean itu di tengah-tengah antara Pulau Jawa dan pulau Kalimantan, sehingga wajar saja kalau Pulau Bawean dikelilingi oleh lautan, dan menjadi tempat migrasi penyu," katanya.
Oleh karena itu, Yusra berharap warga Pulau Bawean mempunyai kepedulian terhadap penyu seiring ditemukan penyu dalam keadaan tukik, remaja dan dewasa.
"Bahkan ini cukup bagus, sebab pantai di Pulau Bawean menjadi habitat penyu laut bertelur," katanya.
Perwakilan dari Masyarakat Adat Bawean, Ahen menyambut baik upaya mendorong masyarakat setempat untuk peduli penyu, dan akan berupaya melakukan sosialisasi pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan.
"Kami juga sudah memasang spanduk sosialisasi dan ajakan sadar lingkungan bagi masyarakat sekitar," katanya.
Baca juga: KKP gencarkan sosialisasi agar warga paham cara lindungi penyu
Baca juga: Pecinta penyu Polewali Mandar raih penghargaan Kalpataru
Baca juga: Spirit konservasi pelepasliaran tukik dari Pantai Kemiren
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022