Jakarta (ANTARA) - PT Hutama Karya (Persero) mengungkapkan progres konstruksi Jalan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat mencapai 63 persen.
Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro menyampaikan dalam pelaksanaan proyek Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat, Hutama Karya melalui Hamawas mengerjakan konstruksi pada seksi 1 sampai dengan seksi 4 termasuk junction Tebing Tinggi sepanjang 96,5 km, sedangkan seksi 5 sampai dengan seksi 6 merupakan dukungan konstruksi pemerintah atau Viability Gap Fund (VGF).
“Hingga saat ini, progres Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat yang kami kerjakan tanpa VGF memiliki persentase progres lahan sebesar 87,7 persen dan progres konstruksi sebesar 63,08 persen," ujar Koentjoro dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dalam pembangunannya, tol ini juga melibatkan perusahaan sub kontraktor/pengusaha lainnya, baik skala pengusaha nasional maupun pengusaha lokal. Keterlibatan pengusaha ini membantu Hutama Karya dalam menyelesaikan pencapaian target operasional jalan tol serta sebagai komitmen perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan di sekitar proyek tol.
Dalam mewujudkan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), Hutama Karya terus mempercepat penyelesaian pembangunan tahap I Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Salah satunya yaitu proyek Jalan Tol Ruas Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Parapat sepanjang 143,5 km yang merupakan ruas jalan tol terpanjang di Provinsi Sumatra Utara.
Pembangunan jalan tol ini ditugaskan kepada Hutama Karya selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersama dua BUMN lainnya yaitu PT Jasa Marga (Persero) dan anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk., yaitu PT Waskita Toll Road (WTR).
Ketiganya membentuk Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yakni PT Hutama Marga Waskita (Hamawas) khusus untuk pembangunan Jalan Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi – Parapat. Nilai investasi pada proyek ini mencapai Rp13,45 Triliun. Sedangkan, untuk skema pendanaan dilakukan sharing modal antara Hutama Karya, Jasa Marga, dan Waskita Toll Road dengan persentase pendanaan masing-masing yaitu 94,08 persen, 2,96 persen, dan 2,96 persen.
Koentjoro menjelaskan bahwa dengan menggunakan jalan tol yang telah terhubung dari Medan sampai Parapat nantinya membuat perjalanan menuju Desitinasi Super Prioritas (DSP) Danau Toba hanya memakan waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam, yang sebelumnya dapat menghabiskan kurang lebih 4 jam lewat jalur biasa (jalan arteri).
“Nantinya jalan tol ini merupakan jalan alternatif, pilihan bagi masyarakat yang akan menuju Danau Toba. Tidak hanya akan memangkas waktu tempuh namun keberadaan tol ini juga diharapkan dapat mempermudah serta memperlancar arus lalu lintas barang (logistik) dari Medan ke Parapat, begitu pula sebaliknya,” katanya.
Sebagai informasi, jalan tol ini terdiri dari enam seksi yakni seksi 1 Tebing Tinggi-Indrapura (20,4 KM), seksi 2 Indrapura-Kuala Tanjung (18,05 KM), seksi 3 Tebing Tinggi-Serbelawan (30 KM), seksi 4 Serbelawan-Pematang Siantar (28 KM), seksi 5 Pematang Siantar-Seribudolok (22,3 KM) dan seksi 6 Seribudolok-Parapat (16,7 KM) serta terdapat Junction Tebing Tinggi sepanjang (7,9 KM).
Keberadaan tol ini diharapkan mampu menumbuhkan sentral-sentral ekonomi baru, khususnya di sekitar akses ruas jalan tol, memajukan UMKM yang berada di daerah sekitar, serta meningkatkan potensi pariwisata Danau Toba.
Baca juga: Tol Kuala Tanjung-Parapat dibangun, permudah akses Medan ke Danau Toba
Baca juga: Pembangunan Tol Kuala Tanjung-Parapat tingkatkan konektivitas Toba
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022