Makhachkala, Rusia (ANTARA News) - Satu polisi dan lima warga sipil tewas ketika sebuah bom mobil meledak di provinsi Dagestan di wilayah Kaukasus Utara Rusia, Rabu, kata pihak berwenang.
Serangan itu dilakukan setelah tiga ledakan bom mobil menewaskan enam orang dan orang-orang bersenjata membunuh empat orang lain, termasuk seorang pejabat penegak hukum, pekan lalu di kawasan tersebut, yang terletak antara Chechnya dan Laut Kaspia.
"Akibat dari ledakan bom mobil itu, satu polisi tewas, juga lima warga sipil yang sedang lewat dengan sebuah kendaraan lain," kata satu sumber di Komite Penyelidik Regional kepada Reuters.
Ia menambahkan, serangan itu terjadi di desa Hajjalmakhi, sekitar 60 kilometer sebelah baratdaya ibu kota provinsi itu, Makhachkala.
Setelah menemukan kendaraan kosong mencurigakan yang diparkir di pinggiran desa itu, polisi mulai melakukan pemeriksaan dan kendaraan itu pun meledak, kata satu sumber penegak hukum kepada kantor berita Interfax.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari.
Serangan itu membuat Presiden Rusia Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.
Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.
AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.
Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011