Jakarta (ANTARA News) - Sedikitnya 100 orang ibu hamil yang tinggal di bawah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) telah bersiap meninggalkan rumah mereka masing-masing. "Sesuai saran dokter mereka harus segera meninggalkan rumah agar kondisi janin yang dikandungnya sehat dan selamat," kata Koordinator Advokasi Solidaritas Korban SUTET, Mustar Bona Ventura, kepada ANTARA News, Sabtu. Menurut dia, 100 orang ibu hamil yang tinggal di bawah SUTET di wilayah Bogor, Jawa Barat yang usia kandungannya rata-rata berkisar antara empat sampai lima bulan itu sejak lama dicekam kekuatiran. "Wajar kekuatiran itu melanda mereka karena mereka dihantui fenomena banyaknya anak yang lahir menderita cacat mental dan fisik dari ibu yang tinggal di bawah SUTET," ujarnya. Mustar mengatakan, sebelumnya mereka telah memeriksakan kondisi kehamilanya ke dokter dan bidan di daerah mereka masing-masing dan disarankan untuk segera meninggalkan rumah sampai selesainya proses persalinan. Sementara itu sampai saat ini warga SUTET yang melakukan aksi mogok makan dengan menjahit mulut mereka sendiri dan berkumpul di Posko SRI Jalan Diponegoro 58, Jakarta, tercatat sebanyak enam orang, yakni Kuswiyanto (25), warga Ungaran, Jawa Tengah, Ajat, Junaidi, Sholehuddin (ketiganya, warga Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat), Yani Kurniasih dan Ikah (keduanya warga Cihanjuang, Sumedang, Jawa Barat). "Dan ada sepuluh orang lagi dari Semarang yang akan menyusul untuk melakukan aksi yang sama," tambah Mustar. Saat ini di Posko SRI tengah digelar acara Panggung Solidaritas SUTET dengan menghadirkan Iwan Fals, WS Rendra, Permadi, Ridwan Saidi (tokoh Betawi) dan beberapa orang budayawan, termasuk diantaranya Suparwan G Parikesit. "Mereka akan menampilkan aksi seni musik dan puisi sebagai bentuk solidaritas terhadap penderitaan SUTET yang sampai sekarang nasibnya tetap ditelantarkan oleh pemerintah," ujarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006