London (ANTARA News) - Sebuah perusahaan komputasi awan (cloud computing) sedang membangun pusat data zero emission (emisi nol) pertama di dunia di Islandia.

Perusahaan Inggris Colt mengatakan bahwa pusat data itu akan dijalan dengan energi panas bumi dan hydroelektrik yang banyak terdapat di Islandia.

Seperti dikutip CNN, Blog Earth2Tech mengatakan bahwa Islandia dapat menjadi magnet bagi berbagai pusat data karena tersedianya banyak sumber energi tebarukan di sana.

"Kenapa sebuah negara, yang sering menjadi perhatian di peta dunia pada beberapa bulan terakhir ini karena letusan gunung berapinya dan krisis pasar keuangannya, menjadi tempat untuk membangun pusat data yang dapat menampung ribuan server dan menjalankan layanan untuk para raksasa internet?" tanya Katie Fehrenbacher dari jaringan blog GigaOm.

Menurut Fehrenbacher, faktor pendukung utama adalah lokasi Islandia yang terletak di antara Eropa dan Amerika Serikat, memungkinkan perusahaan-perusahaan Amerika menjalankan layanan internet mereka untuk kedua benua dalam satu wilayah.

Hal tersebut juga bisa menghemat biaya.

"Kedua, karena melimpahnya tenaga air dan panas bumi, Islandia dapat menawarkan layanan pusat data dengan ditenagai oleh 100 persen energi bersih untuk harga yang sama atau kurang dari layanan internet yang ditenagai oleh bahan bakar fosil di tempat lain. Perusahaan Internet dapat menggunakan energi bersih untuk memasarkan layanan hijau (ramah lingkungan) mereka atau mengambil keuntungan dari subsidi hijau dari berbagai macam pasar," kata Fehrenbacher.

Pejabat eksekutif Colt, Bernard Geoghegan, seperti dikabarkan CNN, mengatakan bahwa perusahaannya memilih Islandia karena kandungan energi terbarukan.

"Lokasi untuk pusat data ini telah ditempatkan secara strategis sehingga tempat itu akan menjadi yang pertama di dunia menggunakan 100 persen sumber energi terbarukan ganda," tulis Geoghegan dalam blog perusahaannya.

Perkembangan ini sangat penting karena pusat data, gudang raksasa komputer untuk menyimpan informasi di internet, menggunakan banyak energi listrik.

Menurut laporan Badan Perlindungan Lingkunan (EPA) AS, perusahaan-perusahaan informasi di AS menggunakan 1,5 persen dari total penggunaan energi di negara tersebut. Jumlah energi yang digunakan untuk pusat data diperkirakan akan naik dua kali lipat tahun ini.

Di seluruh dunia, penggunaan energi untuk pusat data meningkat 56 persen dari periode 2005 hingga 2010, demikian menurut laporan Jonathan Koomeey dari Universitas Stamford.

Colt berharap pusat data di Islandia untuk mulai beroperasi empat bulan lagi.

Sejumlah pusat data yang lain menyatakan telah membeli energi dari 100 persen sumber energi terbarukan di masa lalu, dan terdapat perdebatan tentang peran energi terbarukan dalam program ramah lingkungan dari pusat pusat data tersebut, tulis Ian Bitterlin dalam blog Datacenter Dynamics.

Menurut Ian Bitterlin, hal yang lebih penting dari penggunaan energi ramah lingkungan adalah tidak boros dalam menggunakannya. Oleh sebab itu, EPA baru saja menciptakan program untuk membantu pusat-pusat data menjadi ramah lingkungan.

Pembangunan pusat data emisi nol di Islandia menjadi tren baru dalam dunia pengolahan informasi. Pusat-pusat data sering kali ditempatkan di tempat-tempat yang aneh.

Ketika WikiLeaks sering dikabarkan media pada awal tahun ini, terungkap bahwa situs pengungkap dokumen rahasia tersebut menyimpan sejumlah datanya dalam pusat data bergaya ala James Bond di dalam sebuah pegunungan di Swedia.

Di Amerika Serikat, pusat penyimpanan data sering ditempatkan di dekat sungai sehingga air sungai bisa digunakan untuk mendinginkan server komputer.

Pusat-pusat data juga sering ditempatkan di daerah pedesaan agar tidak menarik banyak perhatian.

(SDP-04)

Penerjemah: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011