Saya kira kualitas ini terus diakibatkan oleh pencemaran lingkungan

Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu menyatakan perilaku buang air besar sembarangan menjadikan target menciptakan akses air minum yang aman dan layak bagi masyarakat sulit dicapai.

“Saya kira kualitas ini terus diakibatkan oleh pencemaran lingkungan. Salah satu yang berkaitan dengan akses sanitasi yang belum layak, yaitu praktik perilaku buang air besar sembarangan secara terbuka maupun terselubung,” kata Maxi dalam Webinar Upaya Bersama Dalam Menjaga Kualitas Air Minum Aman Yang Berkelanjutan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Maxi menuturkan praktik perilaku buang air besar sembarangan baik yang dilakukan secara terbuka ataupun terselubung telah menimbulkan risiko pencemaran lingkungan terutama dalam aspek mikrobiologi.

Target terciptanya air bersih dan sanitasi yang layak dan aman, juga semakin sulit tercapai akibat keberadaan mata air dan air tanah yang terus berkurang setiap harinya. Menyebabkan terjadinya pembatasan hingga penghentian pemakaian air agar permukaan tanah tidak semakin menurun.

“Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua, agar semua aspek pembangunan khususnya penyediaan layanan dasar dan perilaku higienis sanitasi perlu kita pastikan keberlanjutannya dalam menerapkan budaya perilaku hidup dan bersih,” ucap Maxi.

Baca juga: Akses air bersih dan sanitasi jadi prioritas dalam penanganan stunting

Baca juga: Pemerintah daerah diminta utamakan pembangunan sarana sanitasi

Padahal, ketersediaan sekaligus keberlanjutan air minum dan sanitasi yang layak dan aman telah menjadi salah satu tujuan pembangunan negara yang berkelanjutan sebagaimana disebutkan di dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Pemerintah bahkan sudah menargetkan sebesar 100 persen akses air minum menjadi layak dan 15 persen air minum menjadi aman di tahun 2024 mendatang.

Menurut Maxi target tersebut dapat tercapai, apabila seluruh pihak bijak menggunakan air tanah dan berhenti buang air besar sembarangan sebagai bentuk perlindungan pada kualitas air tanah dan lingkungan sekitar.

Dengan demikian, dirinya mengajak seluruh pemerintah daerah untuk dapat mendorong penyediaan air yang aman melalui peningkatan pengawasan, memastikan penerapan manajemen risiko setiap proses penyediaan air minum serta peningkatan edukasi bagi masyarakat untuk memastikan kualitas air minum yang aman.

“Kami juga mengajak masyarakat agar menjaga dan menyediakan air minum, akses air minum yang berkualitas, sampai dengan point of use baik di rumah tangga maupun di seluruh sasaran fasilitas umum, di tempat kerja, tempat pariwisata serta lokasi-lokasi yang strategis,” kata dia.

Baca juga: Bappenas: Akses pada sanitasi layak naik 2,35 persen per tahun

Baca juga: Soal BAB sembarangan, Indonesia masih nomor dua di dunia

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022