Korban dewasa dalam ledakan itu adalah empat perempuan dan pengemudi mobil tersebut, kata Abdul Raoof Ahmadi, juru bicara gubernur provinsi itu.
Empat orang cedera, kata kepala polisi provinsi tersebut dalam satu pernyataan yang disiarkan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta.
Juru bicara kepolisian Herat Noor Khan Neikzad menuduh Taliban, pelopor aksi perlawanan selama satu dasawarsa di Afghanistan, sebagai pelaku serangan tersebut.
"Daerah tempat kecelakaan terjadi tak aman, Taliban aktif beroperasi di sana," katanya. "Kami percaya mereka bertanggung jawab atas terbunuhnya warga sipil."
Taliban belum bisa dimintai komentar.
Warga sipil membayar harga paling mahal dalam perang di Afghanistan, yang berawal pada 2001, ketika Taliban digulingkan dari kekuasaan oleh serbuan pimpinan AS. Sekarang terdapat 140.000 tentara asing di negeri yang dilanda pergolakan tersebut.
PBB pada Agustus menyatakan 1.462 warga sipil tewas dalam paruh waktu pertama tahun ini, naik 15 persen dari priode yang sama tahun lalu.
Gerilyawan bertanggung jawab atas 80 persen pembunuhan itu, katanya.
Sebanyak lima orang lagi tewas dalam pemboman mobil bunuh diri di dekat markas polisi di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, dua bulan setelah tentara Israel menyerahkan wewenang kepada pemerintah Afghanistan di ibu kota wilayah tersebut, Lashkar Gah.
Pemboman di Lashkar Gah terjadi di satu pusat yang dikontrak untuk menyediakan makanan dan pakaian buat pasukan keamanan Afghanistan di dekat markas polisi lokal.
Mohammad Rasoul, juru bicara bagi Angkatan Darat Afghanistan, mengatakan tiga personel polisi tewas dan tiga lagi cedera dalam ledakan di ibu kota provinsi itu, Helmand.
Enayatullah Ghafari, Direktur Kesehatan Masyarakat di provinsi tersebut, mengatakan kepada AFP dua warga sipil juga dibawa ke rumah sakit setempat.
Sebanyak 25 orang lagi, polisi dan warga sipil, cedera, tambahnya.
Lashkar Gah adalah satu dari tujuh daerah yang diserahkan kepada pemerintah Afghanistan oleh pasukan NATO pada Juli, dalam gelombang peralihan kekuasaan pertama yang akan menyaksikan semua prajurit tempur asing meninggalkan negeri itu paling lambat pada akhir 2014.
(Uu.C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011