Jakarta (ANTARA) - Perusahaan fintech peer-to-peer lending (P2P) AdaKami berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan tingkat literasi keuangan masyarakat di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi terutama pada sektor finansial teknologi tahun lalu, menurut Business Development Manager AdaKami Jonathan Krissantosa di Jakarta, Senin, belum berbanding lurus dengan jumlah pertumbuhan literasi masyarakat.
"Upaya peningkatan literasi, sudah tentu menjadi tanggung jawab bersama dan memerlukan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk konsistensi dan melanjutkan literasi keuangan kepada masyarakat yang telah kita lakukan sejak waktu lalu, AdaKami terus berinisiasi untuk melakukan edukasi dan mendukung keuangan masyarakat yang sehat serta inklusif," kata Joe dalam keterangannya.
Baca juga: Flip Globe turunkan biaya transfer uang ke Singapura
Dalam upaya edukasi dan literasi keuangan itu, AdaKami menggandeng artis Yuki Kato dan financial planner, Ligwina Hananto untuk turut berkolaborasi dan membantu menyampaikan proses edukasi pengelolaan keuangan secara lebih luas lagi ke masyarakat.
Yuki menyambut positif kolaborasi ini dan berharap dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami arti pentingnya literasi finansial.
"Sebagai public figure yang juga tak bisa lepas dari dunia fintech, aku cukup yakin bahwa masih banyak orang di sekitarku yang masih menggunakan produk fintech itu sendiri, salah satunya fintech lending. Sehingga, aku pengin banget ikut mendukung edukasi kepada mereka,” ujar Yuki Kato.
Menurut Yuki, dengan adanya kolaborasi bersama AdaKami ini masyarakat dapat lebih paham mengenai pengelolaan secara bijak dan memiliki siklus keuangan yang sehat dan baik.
Selain itu, Jonathan menambahkan AdaKami juga menghadirkan inovasi teknologi yang mendorong kemudahan akses layanan keuangan sehingga tercapainya ekosistem finansial yang inklusif.
"Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan fasilitas keuangan yang lebih baik guna mendukung kehidupan sehari-hari mereka," katanya.
Hingga akhir 2022, AdaKami terus membuka peluang kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat luas dan para pengguna platform tersebut untuk lebih memahami hak dan kewajiban dalam penggunaan keuangan serta pendanaan guna mempersiapkan masyarakat yang siap dalam menghadapi perkembangan finansial teknologi.
Sementara itu Financial Planner Ligwina Hananto menyampaikan bahwa salah satu kesalahan utama yang dilakukan orang dalam mengelola keuangan adalah tidak mempersiapkan kebutuhan masa mendatang.
"Mayoritas masyarakat hanya memikirkan hidup hari ini, artinya, setiap mendapat pemasukan misalnya bulanan, maka uang itu dihabiskan hanya untuk bulan itu dan tidak mempertimbangkan waktu yang akan datang," katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, dalam pengelolaan pengeluaran minimal 10 persen harus untuk ditabung atau investasi, kemudian untuk anggaran bersenang-senang, seperti jalan-jalan, nongkrong, nonton dan lainnya, maksimal hanya 20 persen.
"Untuk cicilan (bayar utang) maksimal 30 persen dan untuk kebutuhan hidup 40 - 50 persen," katanya.
Baca juga: 2022, Danamas bidik pendanaan Rp2,3 triliun untuk 10 ribu UMKM
Baca juga: Kredito bidik penyaluran pinjaman Rp3,3 triliun pada 2022
Baca juga: Perempuan semakin tertarik berikan pendanaan lewat tekfin
Pewarta: Subagyo
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022