Baca juga: Wapres: Kecerdasan buatan solusi untuk negara jadi pelaku industri 4.0
Dia menjelaskan dunia sedang mengalami disrupsi ganda, yang didorong oleh inovasi teknologi serta kemunculan pandemi global COVID-19 yang membuat dunia pascapandemi tidak akan sama lagi dengan sebelumnya.
Begitu juga dunia pendidikan, Metaverse memberi peluang pelaksanaan perkuliahan di dunia maya yang memungkinkan perluasan akses pendidikan.
“Dunia pendidikan tinggi harus menjadi bagian terdepan dalam menyongsong masyarakat dan peradaban pascapandemi, yang salah satu realitasnya ditandai dengan kehadiran Metaverse. Kami berupaya menyiapkan generasi transformatif yang mampu menghadapi perubahan di masa depan," ucapnya.
Untuk tahap awal, lanjut dia, kerja sama itu akan diterapkan pada lima hingga tujuh mata kuliah, di antaranya manajemen, psikologi, dan mata kuliah di fakultas teknik. Sebelumnya, Atma Jaya sudah menerapkan teknologi Augmented Reality (AR) pada program studi kedokteran.
Chief Innovation Officer WIR Group, Jeffrey Budiman mengatakan pembangunan ekosistem metaverse seperti Metaverse Indonesia yang berskala masif membutuhkan dukungan berbagai pihak, termasuk sektor pendidikan.
Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin berharap Unika Atma Jaya utamakan toleransi
Baca juga: Atma Jaya siap "Go Digital"
"Kami akan terus mengembangkan ekosistem yang menunjang Metaverse Indonesia melalui kolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya guna membangun partisipasi masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa dalam hal teknologi metaverse, " kata Jeffrey.
Berkat bantuan teknologi AR, virtual reality (VR) serta artificial intelligence (AI) semua bisa berlangsung secara simultan dan paralel di Metaverse. Metaverse memiliki potensi besar untuk masyarakat bisa berinteraksi, bekerja, belajar dan menjalani aktivitas lain dalam kehidupan sebagaimana di dunia nyata.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022