Jenewa (ANTARA News) - Pertumbuhan lambat di negara-negara maju berisiko mengubah tingkat pengangguran jangka panjang yang tinggi menjadi pengangguran struktural, sebuah kelompok organisasi ekonomi internasional memperingatkan pada Senin.
Menurut sebuah studi oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Organisasi untuk Kerja sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), "peningkatan besar dalam pengangguran jangka panjang menjadi perhatian khusus karena peningkatan risiko bahwa banyak pekerja akan menjadi pengangguran struktural."
"Dalam resesi sebelumnya, ini adalah saluran utama yang dilalui siklus peningkatan pengangguran di banyak negara maju, yang berubah menjadi tingkat pengangguran tetap tinggi yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk melepasnya," lembaga itu memperingatkan, lapor AFP.
Studi ini menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2011 sekitar 40 persen dari pengangguran di Prancis, Spanyol dan Jepang telah menganggur selama lebih dari setahun. Angka berdiri di 47,3 persen untuk Jerman, 50 persen untuk Italia, dan 68,3 untuk Afrika Selatan.
Hasil studi juga mengatakan bahwa di antara negara-negara G20 di mana data tersedia, pengangguran jangka panjang meningkat paling pesat di Kanada, Spanyol dan Inggris, namun tanpa memberikan angka.
Di Amerika Serikat, katanya, "pangsa pengangguran jangka panjang naik tiga kali lipat menjadi mencapai tertinggi dalam sejarah di awal 2011."
Pengangguran jangka panjang, pihaknya memperingatkan "dikaitkan dengan peningkatan risiko kemiskinan, masalah kesehatan dan kegagalan sekolah untuk anak-anak yang terkena dampak individual," menambahkan bahwa jumlah pengangguran lebih tinggi 20 juta di negara-negara G20 daripada di awal krisis ekonomi saat ini pada 2008.
Studi ini menambahkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja tahunan di negara G20 akan menjadi setidaknya 1,3 persen per tahun untuk kembali ke tingkat pekerjaan sebelum krisis pada 2015.
"Ini akan menghasilkan sekitar 21 juta pekerjaan tambahan per tahun, memulihkan pekerjaan yang hilang sejak 2008 dan menyerap peningkatan penduduk usia kerja," kata hasil studi itu.
Meskipun tujuan seperti itu layak, dikatakan bahwa "pertumbuhan pekerjaan kurang dari satu persen tidak dapat dikecualikan mengingat perlambatan ekonomi dunia dan pertumbuhan anemia diramalkan di beberapa negara-negara G20."
"Lapangan pekerjaan harus tumbuh pada tingkat 0,8 persen sampai akhir 2012, sekarang kemungkinan berbeda, maka kekurangan pekerjaan akan meningkat sekitar 20 juta menjadi total 40 juta di negara-negara G20."
Meskipun laporan ini memberikan beberapa usulan kebijakan, Direktur Jenderal ILO Juan Somavia mendesak para pemimpin G20 untuk berinvestasi dalam skema penciptaan lapangan pekerjaan, demikian dalam siaran persnya.
"Penciptaan lapangan pekerjaan harus menjadi sebuah prioritas utama makroekonomi," katanya. (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011