Jakarta (ANTARA News) - Warga Jakarta khususnya di daerah rawan banjir seperti Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, tengah bersiap-siap untuk menghadapi ancaman banjir pada musim penghujan tahun ini.

Terlebih, bagi warga Jakarta, pada musim penghujan 2011/2012 nanti bertepatan dengan siklus banjir lima tahunan yang biasanya dampaknya lebih luas.

"Untuk menghadapi kemungkinan banjir lima tahunan ini, kami sedang mempersiapkan program latihan tanggap bencana banjir yang sudah saya sosialisasikan dan kemungkinan akan dilaksanakan bulan November mendatang," kata Ketua RW 01 Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, M Haris, di Jakarta, Senin.

Akan tetapi, menurut Haris, peralatan-peralatan untuk simulasi bencana banjir masih kurang memadai dan terdapat sejumlah alat yang rusak.

Satu-satunya perahu dan sejumlah ban dalam keadaan rusak dan berlubang sehingga tidak dapat digunakan untuk simulasi bencana, kata Haris. Sejumlah tambang (tali) juga sudah usang karena sudah lama tidak dipergunakan.

Warga Kampung Melayu direncanakan akan bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Jakarta Rescue dalam simulasi bencana banjir tahun ini.

Jakarta Rescue merupakan organisasi kemanusiaan bersifat mandiri yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, bencana sosial maupun alam dengan fokus memberdayakan masyarakat dan pemuda seluruh Indonesia.

Warga kelurahan tersebut juga berkoordinasi dengan dinas Pekerjaan Umum dan juga pihak pengelola Bendingan Katulampa, Bogor, untuk sistem peringatan dini bencana banjir.

"Laju air dari bendungan Katulampa membutuhkan waktu sekitar 9 jam untuk mencapai Kelurahan Kampung Melayu, jadi setelah ada pemberitahuan dari pihak pengelola Bendungan Katulampa, warga mempunyai waktu sekitar 9 jam untuk menyelamatkan barang-barangnya dan mengungsi," kata Haris.

Warga yang tempat tinggalnya terdiri dari dua lantai juga diimbau untuk memindahkan barang-barangnya ke lantai atas untuk menghindari banjir.

Banjir lima tahunan yang terjadi pada 2007 lalu melanda delapan RW yang terdapat di Kelurahan Kampung Melayu.

"Kami (warga) sudah terbiasa dengan banjir di wilayah kampung kami setiap tahunnya," kata warga RW 01 Kelurahan Kampung Melayu, Sodikin.

Bahkan, warga sekitar sudah hafal dengan tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang di Sungai Ciliwung.

"Sebelum banjir besar, biasanya ikan-ikan yang ada di sungai Ciliwung akan mabuk, terapung di sungai. Beberapa hari kemudian, pasti terjadi banjir," kata Sodikin.

Masalah banjir di kelurahan tersebut juga tidak lepas dari masalah sampah dan berkurangnya daerah resapan air.

"Bisa dikatakan hampir tiap 15 menit ada orang yang membuang sampah di kali ini (Ciliwung)," kata Sodikin.

Menurut Sodikin, warga sekitar Kelurahan Kampung Melayu kesulitan dalam mendapatkan akses tempat pembuangan sampah sehingga mereka sering membuang sampah di sungai.

"Sebenarnya kami sudah sering sosialisasi masalah sampah ke warga. Bahkan kami dulu mempunyai tempat penampungan sampah untuk dijadikan pupuk kompos. Namun, karena kesulitan memasarkan kompos sampah tersebut, kami sudah tidak pernah menggunakan lagi fasilitas tersebut," kata Sodikin, yang juga mantan ketua RT itu.

Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta mengklaim telah melakukan sejumlah persiapan untuk mengantisipasi bencana banjir tahun ini, salah satunya dengan mengeruk 114 kali yang ada di Jakarta.

"Untuk antisipasi bila terjadi banjir, Dinas PU sudah melakukan beberapa hal, antara lain melakukan pengerukan kali dan saluran yang ada di Jakarta yang banyak dipenuhi sampah," kata Kadis PU Ery Basworo.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan dana sebesar Rp5 miliar untuk mengantisipasi banjir di Jakarta.

Anggaran tersebut dialokasikan untuk biaya operasional penanganan banjir sebesar Rp3 miliar serta untuk pengadaan peralatan dan bahan-bahan untuk mengantisipasi banjir Rp2 miliar.

Dinas PU juga menyiapkan 36 karung pasir yang siap didistribusikan untuk menanggulangi banjir di Jakarta.

(SDP-04/S026)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011