masyarakatnya harus dididik supaya sadar diriBandarlampung (ANTARA) - Dewan Pembina Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandarlampung, dr Aditya M Biomed mengatakan bahwa salah satu syarat menyatakan sebuah daerah pandemi menjadi endemi harus dilihat dari positivity rate-nya.
"Sebenarnya syarat menyatakan sebuah daerah pandemi jadi endemi tidak sembarangan meski varian omicron tidak seberat varian sebelumnya. Tentunya positivity rate-nya harus rendah," katanya, di Bandarlampung, Minggu.
Ia mengatakan, memang melihat angka kasus COVID-19 di berbagai daerah, termasuk Lampung jumlah pasien positif telah berkurang jauh, namun angka positivity rate juga masih tinggi.
"Contoh saja di Lampung sampel yang diperiksa sebanyak 75, kemudian setelah dilakukan pemeriksaan dari 75 sampel yang diperiksa tersebut 50 persennya positif COVID-19, artinya kan positivity rate-nya masih tinggi," kata dia.
Baca juga: Menkes sebut pandemi dan endemi hanya beda nama
Baca juga: Pemerintah tidak akan buru-buru menyatakan masuk ke fase endemi
Namun, lanjut dia, apabila pemerintah akan memaksakan kebijakan tersebut, tentunya harus ada langkah mengantisipasi dampak yang akan timbul dari pelonggaran-pelonggaran yang saat ini sudah dilakukan dalam menuju pandemi ke endemi.
"Jangan lupa dalam waktu dekat kita akan menghadapi momen migrasi yang cukup besar pada mudik lebaran, sehingga hal ini pun perlu diantisipasi dampak yang ditimbulkan karena sudah pasti mobilitas masyarakat akan tinggi," katanya.
Menurutnya pula berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah setiap momen di hari besar mobilitas ataupun perpindahan masyarakat dari satu daerah ke daerah lainnya sangat tinggi serta sporadis.
"Hal ini pun harus jadi pertimbangan. Karena belajar dari sebelumnya setiap ada hari besar dan perpindahan orang tinggi akan terjadi mobilitas, apalagi Omicron ini memang penyebarannya juga memang cepat, meskipun yang terpapar efeknya tidak separah dari varian sebelumnya," kata dia.
Baca juga: Keberhasilan masa transisi ditentukan dari perilaku aman beraktivitas
Namun, lanjut dia, apabila pemerintah akan memaksakan kebijakan tersebut, tentunya harus ada langkah mengantisipasi dampak yang akan timbul dari pelonggaran-pelonggaran yang saat ini sudah dilakukan dalam menuju pandemi ke endemi.
"Jangan lupa dalam waktu dekat kita akan menghadapi momen migrasi yang cukup besar pada mudik lebaran, sehingga hal ini pun perlu diantisipasi dampak yang ditimbulkan karena sudah pasti mobilitas masyarakat akan tinggi," katanya.
Menurutnya pula berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah setiap momen di hari besar mobilitas ataupun perpindahan masyarakat dari satu daerah ke daerah lainnya sangat tinggi serta sporadis.
"Hal ini pun harus jadi pertimbangan. Karena belajar dari sebelumnya setiap ada hari besar dan perpindahan orang tinggi akan terjadi mobilitas, apalagi Omicron ini memang penyebarannya juga memang cepat, meskipun yang terpapar efeknya tidak separah dari varian sebelumnya," kata dia.
Baca juga: Keberhasilan masa transisi ditentukan dari perilaku aman beraktivitas
Baca juga: Pemerintah tetap perlu waspada ubah pandemi menjadi endemi
Kemudian, ia pun meminta pemerintah memasifkan edukasi dan sosialisasi vaksinasi kepada masyarakat baik dosis kesatu, dua maupun ketiga (booster) guna meminimalisir penyebaran kasus COVID-19.
"Masyarakatnya harus dididik supaya sadar diri, agar tetap jalankan protokol kesehatan dan memasifkan program vaksinasi, karena kan sekarang pelaku perjalan tak perlu lagi tes antigen atau PCR," kata dia.
Berdasarkan data Bappeda Lampung, kasus positif harian COVID-19 di provinsi mengalami penurunan, sebelumnya pada Jumat (18/3) penambahan pasien positif berjumlah 193 sedangkan pada Sabtu (19/3) penambahan pasien positif sebanyak 153.
Baca juga: Kemenkes: Indikator capaian endemi masih didiskusikan para ahli
Kemudian, ia pun meminta pemerintah memasifkan edukasi dan sosialisasi vaksinasi kepada masyarakat baik dosis kesatu, dua maupun ketiga (booster) guna meminimalisir penyebaran kasus COVID-19.
"Masyarakatnya harus dididik supaya sadar diri, agar tetap jalankan protokol kesehatan dan memasifkan program vaksinasi, karena kan sekarang pelaku perjalan tak perlu lagi tes antigen atau PCR," kata dia.
Berdasarkan data Bappeda Lampung, kasus positif harian COVID-19 di provinsi mengalami penurunan, sebelumnya pada Jumat (18/3) penambahan pasien positif berjumlah 193 sedangkan pada Sabtu (19/3) penambahan pasien positif sebanyak 153.
Baca juga: Kemenkes: Indikator capaian endemi masih didiskusikan para ahli
Baca juga: IDI Lampung harap pemerintah tak tergesa-gesa tetapkan status endemi
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022