Jakarta (ANTARA) - Perjanjian perdagangan bebas Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) mulai berlaku terhadap Malaysia pada Jumat (18/3).

Pada hari itu pukul 01.08 waktu setempat (00.08 WIB), The Seventh Metallurgical Construction Group Co., Ltd. (PT SMCGSC) berhasil mendapatkan Surat Keterangan Asal (certificate of origin) pertama yang diterbitkan Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, untuk Malaysia di kantor custom clearance bea cukai Fangcheng.

Surat Keterangan Asal merupakan dokumen penting bagi negara-negara anggota RCEP untuk dapat menikmati sejumlah perlakuan preferensial seperti pembebasan atau pemangkasan tarif. Dengan surat tersebut, satubatch sel elektroliser PT SMCGSC yang diekspor ke Malaysia diperkirakan dipangkas tarifnya sebesar 55.000 yuan (1 yuan = Rp2.254).

RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas yang bersifat menyeluruh, berkualitas tinggi, serta saling menguntungkan yang dibangun bersama oleh 15 negara anggotanya dan menjadi perjanjian perdagangan bebas terbesar di seluruh dunia.

Setelah berlakunya RCEP tersebut, lebih dari 90 persen kargo perdagangan dalam wilayah-wilayah terkait akan dibebaskan dari tarif. Per 1 Januari tahun ini, RCEP mulai berlaku terhadap Brunei, Kamboja, Laos, Singapura, Thailand, dan Vietnam serta China, Jepang, Selandia Baru, dan Australia, yang telah merampungkan ratifikasi RCEP. RCEP mulai berlaku untuk Korea Selatan pada 1 Februari.

Foto yang diabadikan pada 15 November 2020 ini menunjukkan suasana upacara penandatanganan RCEP di Hanoi, Vietnam. (Xinhua/VNA

Menurut informasi terkait, kargo ekspor yang menikmati perlakuan preferensial RCEP tersebut sudah menyelesaikan sejumlah proses customs clearance lebih awal pada 3 Maret dengan adanya langkah-langkah yang menyederhanakan proses terkait.

Setelah persiapan yang dilakukan tiga pihak, yaitu pemilik kargo, pihak pelabuhan, dan pihak operator kapal, petugas di bea cukai Fangcheng dengan cepat tiba di pelabuhan untuk memantau pemuatan di lokasi. Kapal kargo Yufeng, yang berlabuh di dermaga pelabuhan Fangcheng yang terletak di Teluk Beibu di Guangxi, diperkirakan berangkat pada 28 Maret mendatang dengan mengangkut batch barang dagangan tersebut.

"PT SMCGSC, yang merupakan pemilik barang dagangan, sudah menjalin kerja sama jangka panjang dengan pelanggan Malaysia. Menurut Peraturan Akumulasi Asal Barang dan perlakuan preferensial yang didatangkan RCEP, produk agen kami lebih berdaya saing di pasarnya dan ini akan mendorong perusahaan memperluas lebih lanjut pasar ekspornya," ujar Pan Zhuobin, Manajer Pergudangan PT Logistik Internasional Xinhongguang Guangxi.

Menurut Kepala Seksi Tugas Komprehensif Bea Cukai Fangcheng Peng Ming, setelah RCEP berlaku untuk Malaysia, perjanjian perdagangan preferensial antara China dan Malaysia adalah RCEP dan CAFTA, dan perusahaan dapat memilih salah satu yang paling menguntungkan.

Dikatakan Peng, "Dengan dukungan dari Peraturan Akumulasi Asal Barang dan peraturan-peraturan lain, perdagangan China-Malaysia akan naik ke tingkat baru, biaya perusahaan impor-ekspor akan dihemat, dan ruang untuk pengembangan perusahaan menjadi lebih luas."

Sejak berlakunya RCEP, Bea Cukai Nanning telah menerbitkan 307 Surat Keterangan Asal dan nilainya mencapai 159 juta yuan. Pada 2021, nilai impor-ekspor Guangxi dan Malaysia mencapai 12,25 miliar yuan, meningkat 44,2 persen secara tahunan.

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022