Dan fans Inter melagukan tembang berjudul "Vinciamo senza rubare" (kami beroleh kemenangan tanpa mencuri) di Piazza Duomo

Jakarta, (ANTARA News) - Mengapa Inter Milan tidak juga meminang kemenangan demi kemenangan? Soalnya, "Grande Inter" diproklamasikan oleh interisti ke langit Italia sebagai ungkapan bahwa Internazionale "disentuh oleh tangan Tuhan".

Wow...campur tangan Tuhan? Ya, ada dua lelucon seputar Tuhan ketika fans setia Inter mengungkapkan galau di hati setelah menyaksikan skuad pujaannya terus mencicipi remah-remah kekalahan dari meja perjamuan Serie A musim kompetisi 2011/12.

Kok keok? Dalam lima laga resmi, doa sujud interisti belum jua dikabulkan Sang Pencipta, meskipun aneka sesaji sudah disuguhkan ke altar persembahan. Mesin otomat pengabul doa belum menggelontorkan pundi-pundi berkat. Dia tidak sudi disogok oleh doa. Ternyata, Dia bukan mesin Jackpot.

Tuhan sontak tertawa. Ini lantaran ada lelucon yang kerap diutarakan interisti sebagai pelipur hati. Soalnya, presiden Massimo Moratti telah "bertemu" Tuhan.

Dikisahkan bahwa Tuhan memohon kepada Moratti agar dapat secepatnya memberi bantuan. Bos Inter itu meluluskan permintaan Tuhan. "Satu bantuan lagi, satu lagi, satu lagi," kata Tuhan. Moratti oke-oke saja. Sejak itu, La Beneamata senantiasa diberkati Tuhan dengan terus beroleh kemenangan. Sejak itu, tembang wajib interisti berjudul "non molare mai", yang artinya tak pernah kalah.

Ada satu lelucon lagi. Jelang wafatnya Paus Johannes Paulus II, pada 2005, Inter Milan bertarung menghadapi seteru sejatinya AC Milan. Publik melontarkan lelucon dengan mengajukan pertanyaan, apakah Inter kali ini bertekuk lutut di hadapan lawan sekotanya AC Milan? Ini karena paus dipercaya sebagai "wakil Tuhan" di dunia ini.

Inter dibaptis di bejana sepak bola Italia, terlepas dari scudetto hibah pada musim 2005/06. Dan fans Inter melagukan tembang berjudul "Vinciamo senza rubare" (kami beroleh kemenangan tanpa mencuri) di Piazza Duomo.

Berkat tidak juga melimpah, rahmat tidak juga mengucur dari singgasana-Nya. Alih-alih protes kepada Tuhan, Moratti memecat pelatih Inter Gian Piero Gasperini. Bos Inter itu geram setelah menyaksikan pasukannya takluk 1-3 dari tuan rumah Novara pada giornata ke-4 (21/9).

Novarra terlahir sebagai tim promosi anyar yang kembali mencecap atmosfer Serie A setelah 55 tahun lamanya. Dalam lima laga resmi, Gasperini belum memberikan satu pun kemenangan. Inter mengalami empat kekalahan dan satu kali hasil imbang. Kalah 1-2 dari AC Milan di Piala Super Italia (6/8), kalah 3-4 dari Palermo (11/9), kalah 0-1 dari Trabzonspor (14/9), seri 0-0 dengan AS Roma (17/9). Inter kalah beruntun dan Tuhan tertawa.

Musim 2010/11, prestasi Inter babak belur. Meskipun masih mampu menggondol gelar Piala Dunia Antarklub dan Coppa Italia, doa sujud Inter masih belum didengar Dia yang Mahabaik. Alasannya, AC Milan mengakhiri dominasi Inter selama lebih dari empat tahun terakhir, serentak menyamai koleksi 18 scudetti milik Inter.

Memasuki musim 2011/12, Inter membenahi diri. Gasperini yang mantan pelatih Genoa dikomando sebagai pelatih baru menggantikan Leonardo yang hijrah ke Paris Sain-Germain. Meskipun bukan masuk dalam kasta elite pelatih, Gasperini mengemban misi suci mengembalikan kejayaan I Nerazzuri. Alhasilnya, ya itu tadi, gagal!

Mengapa gagal? Inter mengidap virus cepat gugup (nervosismo) karena kurang sigap merespons situasi krisis. Setali tiga uang dengan musim 2010/11, musim panas lalu Inter belum juga mendatangkan pemain baru. Datanglah tiga punggawa belia, Ricky Alvarez, Emiliano Viviano dan Jonathan. Dan pemain pilar Samuel Eto`o hengkang ke klub Rusia, Anzhi Makhachkala dengan transfer senilai 35 juta euro.

Soal fulus, tak selamanya duit yang dikeluarkan di bursa transfer sama dan sebangun dengan trofi juara. Inter pernah melakukan aksi pembelian jempolan dengan merekrut Ronaldo, Christian Vieri dan Hernan Crespo. Hasilnya? Nol besar. Tidak ada scudetto yang direnggut ketika ketiga pemain itu mengenakan kostum I Nerazzuri.

Soal strategi, Kapten Javier Zanetti menyatakan bahwa dia dan rekan-rekannya belum memahami langgam 3-4-3 andalan Gasperini. Contohnya, saat Inter berbagi skor 0-0 melawan AS Roma, fans menyoroti langkah Gasperini dengan menarik keluar Diego Forlan dan memasukkan Sulley Muntari yang notabene akrab berperan sebagai gelandang. Fans bersiul ketika Forlan meninggalkan lapangan.

Sepeninggal "Gasperson", julukan Presiden Genoa Enrico Preziosi untuk menyamakan Gasperini dengan pelatih gaek Manchester United Alex Ferguson, kini manajemen Inter mengangkat Claudio Ranieri sebagai pelatih baru. Ranieri malang melintang di Inggris dan Spanyol. Sebelumnya, dia menukangi Fiorentina, Valencia, Chelsea, Atletici Madrid, Parma, Juventus, dan AS Roma.

Ranieri dikontrak hingga 20 Juni 2012 dengan opsi perpanjangan bila saja ia mampu menyapa "tuhan" dengan kemenangan. Tuhan dengan huruf kecil telah menyerap di sanubari doa-doa Inter.

Menit per menit sebelum Ranieri ditunjuk sebagai pelatih Inter, ia berujar, "Saya tidak mempercayai dukungan sistem yang serba handal. Saya menaruh kepercayaan penuh kepada para pemain yang senantiasa menanti dan mengharapkan kemenangan".

Ketika kali pertama melatih Inter, pelatih berusia 59 tahun itu berujar, "Saya hadir di sini dengan tekad menjunjung tinggi kebanggaan. Saya mengenang ketika saya kali pertama bertemu dengan Moratti sebelum ia menjabat sebagai presiden Inter. Inter tengah dilanda nasib malang. Sebagai tim, Inter punya DNA untuk memenangi setiap laga".

Ranieri datang, dan Tuhan kembali tersenyum bagi mereka yang senantiasa takzim senantiasa dihadapan Sang Mahabaik.
(A024)

Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011