Kediri (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, memeriksa kesehatan warga Lingkungan Wonosari, Kelurahan Bujel, Kota Kediri, guna memastikan kesehatan warga menyusul kasus air tercemar logam berat.

"Ini yang datang sekitar 60 warga, yang lainnya mungkin kerja. Yang terpenting, setelah ini kami harapkan warga terdampak bisa memeriksakan ke puskesmas pembantu. Nanti dari data pemeriksaan, kami kaji apakah ada kelainan atau anomali data di sekitar sini," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri Fauzan Adima di sela-sela pemeriksaan kesehatan gratis di Lingkungan Wonosari, Kelurahan Bujel, Kota Kediri, Sabtu.

Pihaknya juga telah melakukan evaluasi kualitas air yang sampelnya diambil dari sumur warga di Lingkungan Wonosari, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri tersebut. Hasilnya, memang ada pencemaran.

Baca juga: Wagub DKI ajak warga kelola air limbah rumah tangga

"Evaluasi kualitas air terbukti secara laboratorium ada pencemaran. Ada kandungan dari logam, juga ada kandungan secara bakteriologi yaitu Escherichia coli atau E. coli," kata dia.

Ia menambahkan, terkait dengan evaluasi penyakit yang ditimbulkan, Dinas Kesehatan Kota Kediri belum bisa menyimpulkan secara pasti penyakit yang ditimbulkan akibat pencemaran ini.

Data yang dimiliki baik saat pengobatan gratis maupun dari rekam medis di puskesmas belum mengarah ke sana, baik karena kasus diare, kelainan kulit, kanker ataupun kasus lain belum bisa mengarah ke pe pencemaran dampaknya secara kesehatan.

Fauzan justru mengatakan, dari hasil pemeriksaan kesehatan gratis, warga justru mengeluhkan merasa pegal dan linu. Dari hasil itu, tidak bisa disimpulkan apakah akibat dari pencemaran, sebab bisa jadi faktor lain misalnya aktivitas sehari-hari.

Namun, Fauzan menjelaskan bahwa efek pencemaran ini bisa terjadi dalam jangka pendek, tengah maupun panjang. Untuk jangka pendek, menyebabkan kelainan pada kulit seperti gatal. Untuk jangka menengah bisa terjadi dampaknya pada ibu hamil atau bayi dengan terjadi diare. Hal itu tentunya menyebabkan kekurangan gizi.

"Jangka panjang bisa menyebabkan kelainan yang lebih berat seperti kanker. Kemudian bisa kelainan ginjal, hati dan lain-lain," kata dia.

Pihaknya juga koordinasi dengan lintas sektoral seperti dari PDAM maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kediri. Harapannya, masyarakat bisa beralih dari menggunakan air sumur ke air PDAM.

"Ini satu-satunya jalan untuk menanggulangi penyediaan air bersih," ujar dia.

Terkait dengan titik pencemaran, Fauzan mengatakan saat ini sudah tidak bisa terdeteksi. Kejadian itu sudah puluhan tahun lalu dan sudah banyak terbangun rumah, yang tidak mungkin untuk dipindahkan.

"Informasi DLHKP (Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan Kota Kediri) titik limbahnya dibangun beton dan kemudian disana tidak ada bangunan. Sehingga, satu-satunya jalan tetap penyediaan air bersih PDAM. Itu yang paling efektif," kata dia.

Baca juga: Indonesia dorong pengelolaan air berkelanjutan di forum G20 EDM-CSWG

Ketua RW 06, Kelurahan Bujel, Kota Kediri Supandri, mengaku lega karena pemerintah kota sigap memberikan perhatian. Pemkot juga memberikan pengobatan gratis untuk warga.

Selama ini, warga banyak membeli air galon untuk kebutuhan konsumsi, karena air tidak layak konsumsi. Sedangkan untuk mandi, mencuci baju masih menggunakan air sumur yang terkontaminasi itu.

"Sebagian besar warga tetap bertahan menggunakan air ini. Saya juga masak pakai sumber air itu, baru tahu tidak layak kandungannya E. coli tinggi dan bisa timbulkan penyakit. Sering diare di rumah, hampir setiap bulan ada, tapi saya tidak duga sebelumnya," kata Supandri yang kemudian memilih memasang jaringan PDAM di rumahnya. (*)

Baca juga: KLHK: Indeks kualitas air belum capai target perlu perbaikan sanitasi
Baca juga: KLHK: Generasi muda berperan penting lestarikan sumber daya air

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022