Bandung (ANTARA News) - Lima lukisan "mural" yang langsung dibuat pada saat itu pula oleh sejumlah seniman pelukis mural menarik perhatian ribuan pengunjung Festival Braga 2011, di Bandung, Minggu.
Salah seorang pelukis mural asli Sunda Rahmat Jabaril mengatakan, lukisan yang dibuatnya merupakan hasil pemikiran dari kejadian pengrusakan sejumlah patung atau simbol-simbol adat budaya Sunda di Purwakarta, Jawa Barat.
"Lukisan ini saya beri nama ajian brajamusti yang dengan maksud nama itu karena di dalam lukisan ini saya gambarkan seorang tokoh pahlawan di dunia wayang golek," kata Rahmat kepada wartawan.
Menurutnya, dengan kejadian kemarin menggambarkan bila masyarakat Sunda sekarang sudah sedikit yang peduli terhadap budayanya sendiri, bahkan mereka rela merusak patung-patung lambang adat Sunda.
Ia melanjutkan, berhala atau tidak bagaimana masyarakat mensikapinya, bahkan internet dan hobi yang disenangi masyarakat bisa saja dianggap berhala, jadi tergantung sudut pandang mana melihatnya.
Dari kejadian itu, ia juga melukiskan di kanvas berukuran panjang 4,5 meter dan lebar tiga meter tersebut, "bebegig" atau orang-orangan sawah.
"Itu berarti masyarakat kita saat ini seperti `bebegig` yang dengan mudah diatur sesukanya oleh pengendali bebegig itu," ungkap Rahmat.
Ia menjelaskan, masyarakat sekarang mudah terbawa arus, jadi dengan mudah diatur, dikendalikan oleh provokator yang menginginkan bangsa ini terpuruk dan termasuk didalamnya budaya Sunda.
Kemudian, ia menyimpulkan sekarang era zaman kapitalis modern yang masyarakatnya sendiri tidak menyadari akan hal itu.
Sehingga dalam lukisannya ada tulisan-tulisan tentang penentangan tersebut.
Sementara itu, hasil lukisan Rahmat yang menghabiskan waktu selama satu jam itu, dicampuri tulisan-tulisan aspirasi masyarakat yang melihat lukisan tersebut dan uniknya pengunjung menulisnya dihadapan pelukisnya dan sepertinya mereka tidak tahu.
Menanggapi hal itu, Rahmat tidak mempermasalahkannya karena mungkin masyarakat beranggapan itu tempat lukisan umum.
(ANT-278/Y003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011