Surabaya (ANTARA News) - Forum Masyarakat Cinta Damai (Formacida) Jawa Timur menyatakan keprihatinan atas kejadian bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Jalan Arif Rachman Hakim, Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Ketua Forum Masyarakat Cinta Damai (Formacida) Jawa Timur Arif Fathoni, Minggu, mengatakan pihaknya mengutuk keras atas kejadian bom bunuh diri yang dilakukan di gereja GBIS Solo itu.
"Kekerasan seperti ini sudah tidak bisa ditolerir, ini tindakan tidak beradab," ujarnya.
Menurut dia, baru saja Indonesia dilanda keprihatinan dengan adanya konflik di Ambon, belum reda derita konflik tersebut sudah terjadi lagi tindakan kekerasan yang dilatarbelakangi kebencian terhadap satu agama tertentu.
"Indonesia ini sejak dulu dibangun dengan bingkai keberagaman, jangan dinodai dengan tindakan barbar, karena pada prinsipnya warga Indonesia toleran dan menghargai sesama," ujarnya.
Toni mengatakan pihak aparat keamanan yang berwenang juga kecolongan dengan adanya kejadian ini, oleh sebab itu pihaknya meminta agar pemangku kepentingan bisa lebih mempererat konsolidasi dan koordinasi sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan.
"Sudah terbukti, tindakan yang berorientasi terhadap penindakan ternyata tidak mampu meredam gerakan-gerakan ekstrem yang mengancam keutuhan NKRI," tegasnya.
Tokoh-tokoh umat beragama, lanjut Toni, juga harus dilibatkan secara aktif untuk melakukan pelurusan cara berpikir yang keliru yang dianggap oleh para pelaku teror adalah tindakan yang benar.
"Paradigama mereka (pelaku bom bunuh diri) harus direkonstruksi ulang, hal ini membutuhkan peranan penuh oleh para tokoh agama," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, koordinasi antaraparatur negara juga lemah karena dengan banyaknya gerakan teror yang mengatasnamakan agama semakin membuktikan kalau ada yang tidak beres dengan pola koordinasi aparat di lapangan.
"Pondasi bernegara kita adalah persatuan dan kesatuan, kalau hal itu sudah hilang, maka jangan sampai anak cucu kita akan kehilangan NKRI," katanya.
(T.A052/Y008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011