Jakarta (ANTARA) - Pesohor Nana Mirdad meyakini anak-anak akan bahagia bila orangtua mereka bahagia dan itulah yang dia terapkan bersama sang suami, Andrew White.
"Aku dan Andrew percaya, happy parents makes happy children," kata Nana dalam konferensi pers daring The Happiness Project, Jumat (18/3).
Maka, putri dari pasangan Jamal Mirdad dan Lydia Kandou, bersama Andrew merasa harus mendefinisikan serta mencari arti kebahagiaan sebenarnya bagi mereka, kemudian mengajarkannya kepada dua buah hati mereka.
Baca juga: Psikolog: Penting tanamkan kebahagiaan kepada anak sejak dini
Hal-hal berbau materi bukan satu-satunya indikator dari kebahagiaan, Nana pun yakin sumber kebahagiaan berasal dari banyak hal.
"Saya merasa perlu tekun membimbing anak untuk mengajari kebahagiaan. Bahagia itu harus bisa mensyukuri hal-hal kecil. Di mana kaki kita berpijak, di situ kebahagiaan kita," tutur Nana.
Bicara soal tipe pengasuhan anak, Nana mengaku bukan orangtua yang gemar mendikte. Dia meyakini anak-anak lebih butuh pemahaman ketimbang dikte, serta menegaskan pentingnya komunikasi yang lancar antara anak dan orangtua.
Dia dan Andrew harus sepakat dalam mengasuh anak, termasuk mengatur agar mereka bisa satu suara saat berkomunikasi dengan anak-anak. Di sisi lain, Nana dan Andrew juga harus pandai dalam bersikap kepada anak. Ada kalanya mereka memilih untuk tegas dan menolak keinginan anak bila dirasa tidak baik. Ada kalanya mereka bisa lebih lembut dan membuka ruang untuk bernegosiasi bersama buah hati.
Nana senang dengan adanya modul yang dihadirkan oleh The Happiness Project.
“Bersyukur dan berteman yang merupakan bagian dari 5 Kunci Kebahagiaan adalah hal-hal yang selama ini aku ajarkan dan terapkan kepada anakku. Misalnya, momen berbagi ini akan melatih anak aku untuk selalu bersyukur serta mengekspresikan kepedulian mereka terhadap orang lain maupun lingkungan. Aku juga mencoba #SemuaJadiHappy Challenge lewat kartu-kartu tantangan kepada anak kedua saya, Sarah. Aktivitas ini sekaligus jadi momen bonding buat kami karena dilakukan bersama- sama.”
Wall’s meluncurkan The Happiness Project pada hari ini. Program yang ditujukan untuk mengedukasi pentingnya memahami arti kebahagiaan ini menargetkan anak- anak usia 8 - 14 tahun dengan menerapkan 5 kunci kebahagiaan di dalam tumbuh kembang anak.
Program ini turut disambut baik oleh Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Sri Wahyuningsih.
Melalui kata sambutannya, ia menyampaikan bahwa "program ‘The Happiness Project’ sejalan dengan apa yang kami kembangkan selama ini. Kami melihat program ini berusaha untuk mengubah pola pikir seseorang mengenai arti kebahagiaan sejak dini."
Semakin dini seorang anak mendapatkan pemahaman dan literasi, tentunya akan semakin baik. Maka, Kemendikbudristek mengapresiasi bagaimana Wall’s melalui ‘The Happiness Project’ telah menyiapkan berbagai modul untuk mengajak keluarga Indonesia menerapkan 5 kunci kebahagiaan di dalam pola asuh tumbuh kembang anak, sehingga 100.000 anak di Indonesia dapat menemukan arti kebahagiaan yang sesungguhnya.
Di dalam The Happiness Project terdapat 5 Kunci Kebahagiaan yang menjadi acuan untuk membangun kebahagiaan yaitu; Berteman, Bergerak, Bersyukur, Berbuat Baik, dan Berkreasi. Nantinya kunci kebahagiaan ini akan diimplementasikan ke dalam lima modul yaitu Menemukan Kebahagiaan, #SemuaJadiHappy Challenge, Merancang Happiness Project, Duta Happiness, dan #SemuaJadiHappy Festival.
Sepanjang tahun 2022, Wall’s akan menjangkau 100.000 anak Indonesia untuk berpartisipasi dalam program ini. Nantinya para guru akan dibekali dengan pelatihan modul sehingga dapat diimplementasikan kepada anak-anak di sekolah (train the trainers). Dalam The Happiness Project, Wall’s bermitra dengan rekan global Project Everyone, serta didukung oleh Personal Growth dan LSM Bina Masyarakat Peduli.
Baca juga: Cara Putri Titian ajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak
Baca juga: Cara Putri Titian ajarkan nilai-nilai kebaikan pada anak
Baca juga: Kebahagiaan harus dimaknai secara luas bukan sekadar prestasi akademik
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022