Samarinda (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudin menyebut bahasa asli di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) urgen direvitalisasi untuk menjamin kelestarian karena potensial tergerus seiring banyaknya penduduk baru setelah perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
"Hingga tahun 2024, setidaknya akan ada 500 ribu penduduk baru di Kaltim yang berpotensi mengeskalasi pertukaran budaya di IKN sehingga kondisi ini menambah urgensi bahasa asli Kaltim direvitalisasi," ujar dia dalam rilisnya, Jumat.
Baca juga: Butuh intervensi, Sumsel alami penurunan vitalitas bahasa asli daerah
Ia menuturkan data dari Kemendikbudristek menyebutkan bahwa Indonesia tercatat memiliki 718 bahasa. Dari jumlah ini, terdapat 25 bahasa terancam punah, ada 6 bahasa dinyatakan kritis, dan 11 bahasa telah punah.
Bahasa daerah yang disinyalir terancam punah di antaranya beberapa bahasa daerah di Kaltim karena Kaltim selain memiliki beberapa suku, ada pula sejumlah subsuku yang bahasanya berbeda meski ada beberapa yang nyaris mirip.
Baca juga: Peneliti: Bahasa asli daerah di Maluku terancam punah
Baca juga: 800 warga asli Papua meriahkan lomba gerak jalan bahasa Biak
"Namun demikian, saya optimistis bahasa-bahasa daerah di Kaltim akan lestari karena saat ini ada tiga bahasa di Kaltim terpilih menjadi bagian dari 38 bahasa daerah yang ditunjuk sebagai 'Objek Revitalisasi Budaya 2022'," ujar politisi Partai Golkar ini.
Tiga bahasa yang menjadi objek revitalisasi budaya adalah Bahasa Kenyah, Bahasa Paser, dan Bahasa Kutai dengan dialek Kota Bangun di Kabupaten Kutai Kartanegara.
"Adanya program revitalisasi budaya yang dimulai tahun ini tentu saya sangat mengapresiasi karena dari dulu saya selalu mendorong revitalisasi bahasa daerah melalui muatan lokal sekolah sehingga adanya program ini pasti menjadi langkah baik dalam melestarikan bahasa daerah," ucap Hetifah.
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022