Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuka peluang kolaborasi potensial dengan EU Copernicus, sebuah lembaga milik negara-negara anggota Uni Eropa yang memiliki fungsi dalam pengamatan bumi dan lingkungannya, untuk pemanfaatan pengindraan jauh (indraja).
Pengindraan jauh dapat dimanfaatkan untuk berbagai aspek seperti pertanian, lingkungan dan kehutanan, kelautan dan perikanan, serta otoritas penanggulangan bencana.
"Program antariksa Indonesia yang dipimpin oleh BRIN ingin meningkatkan kapasitas dalam penginderaan jauh dan pengaplikasiannya sejalan dengan EU Copernicus," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Handoko mengharapkan Indonesia dan Uni Eropa dapat secara konkret menjalin kerja sama di bidang program keantariksaan di bawah Perjanjian Kemitraan dan Kerja Sama Skema Fasilitas, yang telah dirintis oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang sekarang menjadi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa di bawah BRIN.
Baca juga: Prof riset: Implementasi teknologi di daerah butuh kajian kesiapan SDM
Baca juga: BRIN adakan pameran inovasi di MotoGP Pertamina Grand Prix
Handoko mengajak semua pemangku kepentingan potensial secara global untuk bergabung bersama mendorong percepatan program keantariksaan Indonesia.
Sementara Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Robertus Heru mengatakan agenda diplomasi Indonesia adalah untuk tujuan damai dan akses yang adil ke luar angkasa.
"Penerapan antariksa yang keberlanjutan hanya dapat terjadi jika semua pihak berkomitmen untuk menggunakan luar angkasa untuk tujuan perdamaian," ujarnya.
Ia menuturkan sejauh ini Indonesia sangat aktif dalam program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UN-SPIDER yang merupakan penyediaan informasi berbasis data antariksa dalam manajemen bencana dan reaksi terhadap keadaan darurat.
Sementara itu, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket berharap melalui Copernicus, dapat terjalin hubungan yang kuat antara Uni Eropa dan Indonesia, tidak hanya dalam bidang riset keantariksaan, namun juga pada dampak perubahan iklim yang menjadi agenda besar global.
Vincent menuturkan Copernicus adalah sistem yang mengumpulkan data dalam jumlah yang besar dari satelit secara in-situ dan tersedia secara gratis untuk dimanfaatkan bersama, menyediakan informasi yang akurat, tepat waktu, dan mudah diakses.
Informasi tersebut antara lain untuk meningkatkan kelestarian lingkungan, memahami dan mengurangi dampak perubahan iklim.*
Baca juga: BRIN dukung pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis sumber daya lokal
Baca juga: TNI AD dan BRIN kerja sama optimalkan riset dan inovasi
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022