Bandung (ANTARA News) - Puluhan bebegig (orang-orangan sawah) mengiringi pembukaan Braga Festival 2011, di Jalan Braga, Bandung, Jumat.
Puluhan bebegig ini merupakan karya seni dari para mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
Rombongan bebegig yang sebelumnya sempat mengiringi konvoi pra-event Braga Festival beberapa hari lalu ini sengaja dipilih untuk menghiasi perhelatan tahunan ini.
Puluhan bebegig terbuat dari bahan alami seperti bambu dan ijuk ini tidak hanya diusung saja, tapi sebagian lainnya juga dipajang menjadi karya instalasi.
Selain bebegig karya mahasiswa STSI, ada pula bebegig karya peserta kompetisi bebegig yang dipajang di sepanjang area Jalan Braga pendek.
Bebegig karya peserta kompetisi telah dikumpulkan sejak 17 September lalu.
Menurut Koordinator Kompetisi Bebegig, Rusli Keleeng, bebegig dipilih sebagai media kompetisi karena dianggap bisa mewakili karakter bangsa yang merupakan bangsa agraris.
"Bebegig ini simbol bahwa bangsa kita adalah bangsa agraris. Selain itu, bebegig juga dipercaya bisa menjaga padi dari hama yang memiliki filosofis yang relevan dengan realitas saat ini," katanya.
Menurut Rusli, bebegig bisa mengingatkan kita pada beberapa konsep buhun bahwa bebegig tidak hanya berperan untuk mengusir hama, tapi juga mengingatkan kita pada hak hidup makhluk lain, yang diibaratkan oleh tikus dan burung.
"Masing-masin makhluk hidup itu punya hak hidup yang sama, dan masing-masin memiliki fase yan berbeda," ujar Rusli.
Rusli menuturkan, kompetisi bebegig ini merupakan rangkaian dari kegiatan pra-event Braga Festival 2011 bertajuk "Balik Bandung".
Sebanyak 21 peserta dari sejumlah kota di Indonesia ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan karya mereka. Peserta tersebut datang dari Bandung, Sumedang, Banten, Makassar, Lampung, Ciamis, dan Tasik.
Berdasarkan pantauan, karya bebegig peserta terdiri dari berbagai tema yang masing-masing mengusung isu berbeda-beda yang disesuaikan dengan fenomena saat ini.
Misalnya bebegig karya Perkumpulan Mahasiswa Bandung (PMB) yang membuat bebegig berwujud tikus. Tikus ini diibaratkan sebagai koruptor yang masih berkeliaran bebas di negeri ini.
Ada pula karya bebegig berjudul "Cybergig", yaitu bebegig yang mengusung tentang teknologi dan prinsip R3 (recycle, reduce, dan reuse). Bebegig modern ini merupakan gabungan dari material-material elektronik bekas, seperti layar dan keyboard komputer, dan kabel.
Rusli menuturkan, dari sejumlah karya peserta kompetisi ini akan dipilih 3 karya terbaik yang akan diumumkan pada puncak acara Braga Festival, 25 September mendatang.
"Penilaian akan berdasarkan pada kesesuaian karya dengan tema, kreativitas, dan tidak menghilangkan fungsi teknis bebegig," kata Rusli.
(ANT-277/D009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011