Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyebut upaya diversifikasi pasar sebagai salah satu langkah guna mengantisipasi dampak gejolak perekonomian global yang ditimbulkan oleh krisis keuangan di Eropa dan Amerika Serikat.
"Tentunya khawatir dalam arti kita tahu Eropa dan AS cukup besar penurunan petumbuhannya. WTO sudah mengeluarkan revisi pertumbuhan pasar dunia makanya kita harus kerja keras diversifikasi pasar," kata Mari di Kantor Presiden Jakarta, Jumat, sebelum mengikuti rapat terbatas bidang perekonomian dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Mendag mengatakan upaya untuk menumbuhkan banyak pasar baru tidak semudah membalik telapak tangan.
"Intinya bisa ya mungkin bisa. Tapi yang penting bagaimana kita bisa meneruskan peningkatan diversivikasi pasar," ujarnya.
Ia menilai hal yang paling mengkhawatirkan dari krisis keuangan di Eropa dan AS adalah apabila dampaknya mencapai China dan India.
"Efeknya karena itu akan berdampak ke China dan India. Kalau kita secara langsung ke Eropa dan AS sekitar 20 persen," katanya.
Namun, lanjut Mendag, jika dampak suslan dari China, India, Malaysia dan Korea akan lebih besar lagi.
Ia mengatakan dalam krisis keuangan tersebut yang paling cepat terpengaruh adalah industri elektronik dan otomotif.
"Kalau makanan kurang dampaknya dan kemudian batubara dan kelapa sawit mungkin, tapi akan terkena dampak dari harga karena harga akan melemah," ujarnya.
Terkait dengan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah, Mendag menilai hal yang paling utama untuk ekspor adalah stabilitas.
"Maka itu yang penting menjaga kestabilan," ujarnya.
Presiden Yudhoyono pada Jumat siang sepulangnya dari melakukan kunjungan kerja di Jambi dan sebelum menghadiri acara di sebuah pondok pesantren di Banten menggelar rapat terbatas yang dihadiri oleh antara lain Wakil Presiden Boediono, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mendag, dan Kepala BKPM Gita Wirjawan.
Dalam rapat terbatas itu Presiden memastikan bahwa pemerintah akan mengambil kebijakan yang tepat dan cepat untuk meminimalkan dampak krisis itu dan meminta publik tidak panik.
(T.G003*F008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011