Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarBank di Jakarta bergerak melemah senilai 20 poin ke posisi Rp8.780 dibanding sebelumnya Rp8.760 per dolar AS.
"Sentimen negatif masih berlanjut di pasar Asia, namun rupiah tidak mengalami tekanan terlalu dalam karena intervensi BI," kata analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, pasar regional masih bergerak negatif kemungkinan masih merembet ke pasar Asia hari ini. Kendati demikian, diperkirakan BI masih akan aktif di pasar untuk menjaga kisaran rupiah di posisi stabil.
Namun, kata dia, ada sinyal negatif dari dalam negeri mengenai penghentian pembahasan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) pada 2012 oleh Badan Anggaran (Banggar) DPR, sebagai satu-satunya alat kelengkapan di Dewan yang berwenang menyusun undang-undang APBN setiap tahun, sebagai protes dikarenakan pimpinan banggar sedang diperiksa Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus suap di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
"Sebelum RAPBN 2012 disahkan menjadi APBN 2012, diperlukan pembahasan ditingkat Banggar, sebelum di bawa ke komisi XI DPR dan selanjutnya dibawa ke rapat Paripurna DPR untuk disahkan," kata dia.
Ia mengatakan, UU APBN 2012 harus siap sebelum Desember 2011 untuk selanjutnya diproses di Kementrian Keuangan, dan selanjutnya kementrian terkait.
"Proses tersebut membutuhkan waktu hingga minimal dua bulan sebelum bisa dijalankan sebagai anggaran tahun berjalan. Penghentian ini merupakan preseden politik yang bisa menjadi sinyal negatif ke pelaku usaha," ujar dia.
Sementara, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (23/9) tercatat mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS menjadi Rp8.735 dibanding pada hari sebelumnya Rp8.988. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011