Islamabad (ANTARA News) - Menteri luar negeri Pakistan, Kamis (22/9), mengatakan bahwa Amerika Serikat menghadapi risiko kehilangan sekutu jika negara itu terus secara terbuka mengecam penampilan Islamabad dalam perang melawan fanatisme.

"Kau akan kehilangan sekutu," kata Hina Rabbani Khar kepada Geo TV di New York, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip Reuters. "Kamu tak bisa menjauhi Pakistan, kamu tak bisa menjauhi rakyat Pakistan. Jika kamu memilih untuk melakukan itu dan mereka memilih untuk melakukan itu, itu akan menjadi resiko mereka sendiri (Amerika Serikat)."

Khar menanggapi kesaksian di Senat oleh Kepala Staf AS Laksamana Mike Mullen, yang mengatakan badan tinggi intelijen di Pakistan memiliki hubungan erat dengan Jaringan Haqqani, faksi paling aktif dan keras di kubu Taliban Afghanistan.

Mullen, Kamis (22/9), mengatakan Dinas Intelijen Antar-Lembaga di Pakistan (ISI) "memainkan peran dalam serangan 13 September terhadap kedutaan besar AS di Kabul, dengan mendukung gerilyawan yang dikenal sebagai jaringan Haqqani.

Jaringan itu, katanya, adalah "lengan sesungguhnya" ISI.

Serangan terhadap kedutaan besar AS di Kabul adalah yang paling akhir dari serangkaian babak kekerasan yang telah menjadi pukulan bagi upaya AS guna mengakhiri perang Afghanistan secara damai.

Komentar Mullen dan reaksi Khar menandai peningkatan luar biasa perang kata-kata antara kedua sekutu tersebut dalam perjuangan melawan kelompok fanatik dan, setidaknya secara terbuka, menandai titik rendah dalam hubungan mereka.

Hubungan AS-Pakistan belum lagi pulih dari permusuhan yang dipicu oleh serangan tanpa pemberitahuan oleh Pasukan Khusus AS sehingga menewaskan Osama bin Laden di kota Abbottabad di Pakistan pada Mei.

"Pada tingkat operasional, akan cocok untuk mengatakan ada kesulitan serius (antara kedua negarai)," kata Khar kepada Geo TV.

Di dalam wawancara terpisah dengan stasiun televisi India, NDTV, Khar menyatakan, "Saling tuding takkan membantu. Mencari kambing hitam takkan membantu ... Kami akan jadi negara matang yang bertanggung jawab yang memerangi terorisme dengan banyak kematangan."

Washington tak ingin melihat ketidak-stabilan lebih jauh di negara yang bersenjata nuklir tersebut.

Namun dukungan di Kongres AS bagi penghentian bantuan atau pengajuan persyaratan lebih ketat dalam pemberian bantuan meningkat cepat.

Dan Mullen, Direktur CIA David Petraeus serta Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, semuanya, sudah bertemu dengan timpalan mereka dari Pakistan dalam beberapa hari belakangan guna menuntut Pakistan mengendalikan gerilyawan fanatik, demikian Reuters melaporkan.

(SYS/C003)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011