Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku masih melanjutkan monitoring terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setelah sempat mengalami tekanan signifikan pada perdagangan saham Kamis (22/9).

"Monitoring masih kita lakukan. Bursa selalu memonitor situasi pasar dalam kondisi apapun," kata Direktur Utama BEI, Ito Warsito.

Ia menambahkan, otoritas pasar modal juga tengah mendiskusikan langkah apa yang akan diambil jika pelemahan tajam pada IHSG kembali terjadi.

"Otoritas bursa telah menjalankan protokol manajemen krisis (Crisis Managemen Protocol/CMP) guna menghadapi berbagai kemungkinan situasi pasar. Bursa juga mendiskusikan keputusan-keputusan yang perlu diambil berdasarkan situasi yang dihadapi," katanya.

Ito mengemukakan, CMP merupakan suatu langkah yang biasanya dilakukan di level negara dalam mempersiapkan penanganan krisis apabila dampak dari krisis ekonomi global mulai terasa.

Terkait krisis global, ia mengatakan, dampak krisis finansial yang terjadi di AS dan beberapa negara Eropa membuat pasar saham global tertekan cukup signifikan sehingga berdampak negatif pada IHSG.

"Sebetulnya masalahnya ada di pasar finansial global, dan rupiah juga melemah cukup cepat, sehingga menambah ketidakpastian di kalangan investor. Mereka akhirnya menjual dulu, dan lalu melihat situasi berikutnya apakah ada berita yang dapat meyakinkan pasar," katanya lagi.

Perdagangan saham di BEI Kamis (22/9) ditutup anjlok 328,35 poin atau 8,88 persen ke posisi 3.369,14. Indeks 45 saham unggulan (LQ45) juga turun 65,184 poin atau 10,14 persen ke posisi 578,21 poin.

Sementara pada penutupan perdagangan sesi pertama, Jumat IHSG naik 25,613 poin (0,76 persen) ke level 3.394,756. Sementara Indeks LQ 45 menguat 8,820 poin (1,5 persen) ke level 587,03.
(ZMF)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011