London (ANTARA News) - Harga minyak jatuh lebih dari lima dolar pada Kamis waktu setempat, terpukul oleh dolar yang lebih kuat karena investor berbondong-bondong ke mata uang "safe haven" menyusul meningkatnya kekhawatiran tentang ekonomi lemah dan ancaman resesi baru.

Investor lari untuk berlindung sehari setelah bank sentral AS memperingatkan risiko penurunan ekonomi signifikan - kekhawatiran yang memenangkan dukungan pada Kamis setelah data manufaktur China buruk, lapor AFP.

Ketakutan untuk dua negara ekonomi terbesar menambah ketegangan baru seputar krisis utang zona euro, menyebabkan investor berlari ke dolar sebagai pelindung dan mengirim ekuitas dan harga komoditas merosot.

Sebuah greenback yang kuat membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga permintaan menurun.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November anjlok 4,71 dolar AS menjadi 105,65 dolar AS di akhir perdagangan London.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman November menukik 5,22 dolar AS menjadi 80,70 dolar AS per barel.

"Pasar minyak sedang pada momentum pelemahan dengan kurangnya secara serius selera risiko," kata Myrto Sokou, seorang analis di Sucden Financial Research.

"Selain data makroekonomi yang lemah, kita harus mengakui kurangnya permintaan minyak dari AS dan pasar negara berkembang, di tengah berlangsungnya kekhawatiran tentang peluang pertumbuhan dalam jangka menengah."

Federal Reserve AS pada Rabu mengumumkan rencana stimulus 400 miliar dolar AS untuk mengurangi suku bunga jangka panjang namun investor memilih untuk fokus pada peringatan tentang prospek ekonomi dan konsumen minyak terbesar dunia.

The Fed melukiskan gambaran suram ekonomi, kekurangan uang dengan pertumbuhan lambat, pengangguran yang tinggi dan pasar perumahan tertekan.

"Ada risiko penurunan signifikan terhadap prospek ekonomi, termasuk ketegangan di pasar keuangan global," Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral mengingatkan.

Analis di Phillip Futures mengatakan bahwa "setelah pengumuman Fed, kenaikan dolar mendorong investor untuk menjual aset berisiko seperti minyak mentah dan saham."

Sementara itu data menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di China yang lapar komoditas mengalami kontraksi untuk ketiga bulan berjalan pada September.

Indeks pembelian manajer HSBC (PMI) awal turun ke terendah dua bulan di 49,4 pada September dari angka akhir 49,9 pada Agustus, raksasa perbankan Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis.

Angka di atas 50 mengindikasikan sektor ini berkembang, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

Krisis utang juga menekan harga minyak dan pada Kamis para pemimpin Australia, Inggris, Kanada, Indonesia, Meksiko dan Korea Selatan mendesak zona euro untuk mengatasi masalah meningkatnya defisit di zona euro.

Dalam sebuah surat bersama untuk G20, enam negara mengatakan ada risiko penularan ke ekonomi dunia jika pemerintah negara-negara euro gagal menghadapi masalah spiral mata uang itu.

"Pemerintah dan lembaga zona euro harus bertindak cepat untuk menyelesaikan krisis euro dan semua negara Eropa harus menghadapi bergantung utang untuk mencegah penularan ke ekonomi global yang lebih luas," kata surat itu.

Pada saat yang sama, Bank Sentral Eropa memperingatkan bahwa krisis zona euro dan berlanjutnya `overspending` oleh negara-negara anggota bisa membahayakan keberhasilan mata uang tunggal. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011