Jakarta (ANTARA News) - Infrastruktur yang buruk terutama fasilitas jalan darat adalah salah satu faktor yang membuat biaya logistik menjadi mahal, demikian dinyatakan Wakil Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Andre Silalahi.

"Jalanan di Indonesia pada umumnya, bahkan di ibu kota sekalipun, banyak berlubang sehingga membuat suku cadang truk yang kami gunakan harus sering diganti," kata Andre di Jakarta, Kamis.

Andre berharap bahwa pemerintah segera memperbaiki infrastruktur jalan darat jika ingin target menekan biaya logistik sampai 10 persen dari total produksi bisa dicapai. Saat ini biaya logistik nasional mencapai 20-30 persen.

"Selain kondisi jalan yang rusak, tingginya biaya logistik disebabkan oleh pungutan liar oleh organisai masyarakat yang tidak jelas serta dari aparat kepolisian," tambahnya.

Pungutan tersebut menurut Wakil Ketua Organda Jawa Barat, Muis Tanthowi, tidak hanya dilakukan di jalanan tetapi juga di pelabuhan-pelabuhan.

Sementara itu anggota Organda, Hutkeri Malau, mengatakan bahwa pemerintah perlu segera melakukan pemerataan pembangunan karena pemerataan adalah hal penting untuk menekan biaya logistik.

"Dari perhitungan saya, pengiriman barang menggunakan truk ke Singapura lebih murah dibanding ke Medan meskipun jarak ke ibu kota Sumatera Utara itu lebih dekat," kata dia.

Hutkeri menjelaskan bahwa dari Singapura, truk yang digunakan bisa mengambil barang-barang impor sedangkan di Medan tidak ada yang bisa dibawa ke pulau Jawa sehingga truk tersebut kembali dengan muatan kosong namun menghabiskan banyak bahan bakar minyak.

"Pembangunan terlalu berpusat di Jawa sehingga Medan hanya bisa mengkonsumsi produk pulau itu tanpa bisa berbuat sebaliknya," kata Hutkeri.

Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Kadin Natsir Mansyur menilai bahwa tingginya biaya logistik nasional menyulitkan Indonesia mencapai target Master Plan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 2025.

Biaya logistik nasional diharapkan dapat ditekan sampai pada angka 10 persen agar Indonesia bisa bersaing dengan Malaysia, Vietnam, Thailand, dan China.

Target MP3EI di antaranya adalah menjadikan Indonesia 10 besar kekuatan ekonomi dunia 2025 dengan pendapatan domestik bruto 4,5 juta triliun dolar AS dan pendapatan perkapita 15.000 dolar AS per tahun.

Saat ini Indonesia dalam peringkat perekonomian dunia menempati urutan 17 dengan pendapatan per kapita 3.000 dolar AS. (SDP-14/A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011