Bogor (ANTARA News) - Rektor Institut Pertanian Bogor Prof Herry Suhardiyanto berharap kepada calon wisudawan perguruan tinggi itu jangan sampai lulusan IPB menambah jumlah penganggur terdidik.
"Saya berharap mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan akademik sudah bagus, namun belum tentu persiapan `soft skill`. Saya berharap saudara-saudara sekalian terus menerus menggali potensi diri," kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui pernyataan pers Humas IPB di Bogor, Kamis.
"Yakinlah pada setiap diri saudara terdapat kelebihan, bahkan kadang pada kelemahan itulah terletak kelebihan tersebut. Pun sebaliknya, pada kelebihan tersebut terdapat juga kelemahan sehingga membuat kita tidak tinggi hati," tambahnya pada Studium General pra-wisuda yang diselenggarakan Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) IPB.
Sementara itu, Direktur DPKHA IPB Dr Ir Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop mengingatkan calon lulusan IPB bahwa pilihan karir menjadi karyawan atau wirausaha, semua tergantung visi masing-masing.
"Mulai sekaranng rancanglah pilihan hidup kita sebaik-baiknya. Baru kemudian melangkah merintis usaha atau melamar kerja sesuai visi tersebut," katanya.
Menurut Dodik Ridho Nurrochmat, studium general tersebut dilakukan dalam rangka untuk mempercepat masa tunggu kerja lulusan IPB.
Dalam kesempatan itu, narasumber lain yakni Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani memaparkan bahwa pada tiga hingga empat tahun ke depan keadaan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa mengalami penurunan demand (permintaan) barang dan jasa.
"Hal ini terjadi karena 70 persen penduduknya berusia lebih dari 50 tahun, produktivitas menurun yang berdampak pada penurunan pendapatan pajak dan konsumsi. Demikian pula yang terjadi di Jepang," katanya.
"Sedangkan China, India dan Indonesia saat ini menjadi sasaran utama permintaan dunia (pasar). Selain karena pertumbuhan ekonominya baik juga karena jumlah penduduk yang produktifnya tinggi," kata Aviliani.
Pada bagian lain, ia juga mengatakan bahwa dunia kerja perbankan Indonesia sangat prospektif, di mana dari 124 bank, seluruhnya sedang mengembangkan cabang di Indonesia.
Menurut dia, perkembangan usaha bank mengikuti kegiatan bisnis, dan kondisi perbankan tumbuh lebih dari 20 persen.
Sayangnya, kata Aviliani, sektor perdagangan dan jasa yang mendapatkan pembiayaan yang besar, sementara investasi pada sektor pertanian masih kecil.
"Masih kurang dari 5 persen. Padahal dunia kerja pertanian Indonesia sangat prospektif dan menyerap tenaga kerja tinggi. Saya berharap lulusan IPB menjadi analisis pertanian di perbankan dan pengusaha di sektor pertanian, sehingga membantu peningkatan pembiayaan di sektor tersebut," katanya.
Ia menegaskan bahwa hendaknya jangan terfokus pada pasar pangan luar negeri dan melupakan dalam negeri. "Justru peluang dalam negeri sangat besar, apa pun usaha yang kita kembangkan akan terserap," katanya.
Terlebih jumlah penduduk Indonesia yang berekonomi menengah sedang meningkat, dan kondisi ini menjadi peluang tersendiri, demikian Aviliani.
(ANT-053/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011