Denpasar (ANTARA News) - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur batal memimpin doa bersama untuk keselamatan bangsa dan negara di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, sehingga mengecewakan sejumlah umat Islam yang sejak petang hari menunggunya. "Bapak dan ibu pasti kecewa karena Gus Dur tidak bisa hadir. Namun beliau menitipkan salam untuk bapak dan ibu serta seluruh tokoh agama yang hadir di tempat ini," kata KH Aminullah, di Denpasar, Kamis malam. Ia yang ditunjuk Gus Dur untuk mewakili doa bersama umat muslim di Denpasar, mengatakan ketidakhadiran Gus Dur di Denpasar semata-mata alasan kesehatan yang kurang mendukung mengingat kepadatan agenda beliau sehari-hari. "Gus Dur itu milik semua umat beragama se Indonesia dan dunia yang sangat perhatian terhadap para umat Islam maupun non Islam sehingga siapapun yang datang pasti diterima," katanya. Dikatakannya, Gus Dur selama ini tidak pernah menolak siapapun yang datang menemuinya dari hampir semua kalangan dan pasti dilayani. "Karena kepadatan beliau tersebut maka Gus Dur hari ini secara kebetulan terganggu kesehatannya dan untuk itu menyampaikan permohonan maaf," katanya. Dia mengatakan, seperti pepatah kalau tidak air untuk berwudhu maka gunakanlah debu untuk tayamum atau tidak ada rotan, akar pun berguna maka kehadirannya diharapkan bisa mengobati kekecewaan umat yang telah lama menunggu Gus Dur. "Saya berharap kekecewaan bapak dan ibu tidak terlalu berkepanjangan karena ketiadaan Gus Dur hadir di sini," katanya. Ketidakhadiran Gus Dur memang telah diprediksi sebelumnya mengingat doa bersama dari rencana semula pukul 17.00 Wita terpaksa harus mundur hingga pukul 19.15 Wita. Pada pukul 19.00 Wita pun panitia masih sempat mengumumkan kalau Gus Dur akan hadir untuk memimpin doa bersama. Namun begitu mengetahui Gus Dur tidak hadir di Lapangan Puputan Badung, maka sejumlah kaum muslimin dan muslimah satu per satu mulai meninggalkan lapangan dan mengabaikan pidato yang disampaikan KH Aminullah. Acara doa bersama sendiri yang dimpimpin KH Aminullah tidak banyak diikuti kaum muslimin dan muslimah mengingat sejumlah umat lainnya sudah banyak yang meninggalkan arena.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006