Para ahli mengkhawatirkan penggunaan dari obat psikotropika meningkat, karena dalam panduan itu disebutkan bahwa seorang anak yang pemalu juga dianggap sebagai seorang pengidap gangguan mental.
Anak-anak yang cenderung tertutup karena pemalu selalu diusahakan untuk mendaptkan dukungan agar mereka lebih percaya diri. Dengan masuknya kategori dari gangguan jiwa, anak pemalu akan membutuhkan lebih dari sekedar pendampingan tetapi juga perawatan.
Tentu saja hal ini mengecewakan para psikiatrik, karena obat psikotropik seperti Ritalin dan Prozac akan lebih banyak digunakan. Tahun ini saja diperkirakan 650 ribu anak yang berusia 8-13 tahun telah mengkonsumsi Ritalin, lebih jauh dari itu 20 tahun yang lalu yang menggunakan hanya 9000 anak.
Faktanya, penelitian terbaru menujukkan bahwa anak dibawah usia enam tahun telah mendapatkan obat ini untuk mengatasi gangguan Hiperaktif dan sulitnya berkonsentrasi.
Efek jangka panjang tentu saja mengkhawatirkan, karena obat ini bekerja pada sistem syaraf pusat dan dapat memicu ketagihan.
"Dalam masyarakat yang selalu menginginkan hasil yang instan, penggunaan obat untuk perilaku yang menyimpang itu tentunya sangat menggoda. Tetapi ada banyak cara yang lebih aman meski hal itu butuh banyak waktu dan tenaga," kata Kate Falon dari Asosiasi psikolog pendidikan seperti dikutip dari Telegraph.
Cara lain, yakni melakukan terapi kognitif dan keperilakuan. Terapi ini dilakukan melalui upaya pendampingan dan upaya mengatasi emosi, perilaku dan gangguan jiwa tanpa harus bergantung pada pengobatan.
Anak-anak yang cenderung pendiam dan penyendiri setelah merasa kehilangan juga dikategorikan sebagai gangguan jiwa, yang disebut gangguan depresi. Bahkan anak yang tidak patuh kepada orang tuanya juga mengidap gangguan mental sebagai pribadi pemberontak.(yud)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011