Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan, krisis finansial di Amerika Serikat (AS) diikuti beberapa negara Eropa membuat pasar saham global termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) tertekan cukup signifikan.

"Sebetulnya masalahnya ada di pasar finansial global, dan rupiah juga melemah cukup cepat, sehingga menambahkan ketidakpastian di kalangan investor," kata Ito di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, kondisi itu membuat pelaku pasar baik global maupun di dalam negeri mengambil posisi lepas saham seraya menunggu perkembangan positif dari pengambil kebijakan dalam menangani krisis itu.

"Mereka akhirnya menjual dulu, dan lalu melihat situasi berikutnya apakah ada berita yang dapat meyakinkan pasar," kata dia.

Meski demikian, Ito meyakini, pelaku pasar asing tidak sepenuhnya meninggalkan pasar Indonesia dikarenakan masih positifnya fundamental ekonomi dalam negeri.

"Mereka tidak akan benar-benar meninggalkan Indonesia, karena bagaimanapun pertumbuhan ekonomi kita lebih baik dari negara dan bursa lainnya. Namun, melemahnya indeks BEI tidak ada yang dapat menjamin berapa lama pelemahannya," ujar dia.

Sementara, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pihak BEI telah menyiapkan langkah antisipasi jika kepanikan dianggap luar biasa, termasuk penghentian sementara perdagangan (suspensi) pada IHSG.

"Jika penurunan indeks BEI terus berlangsung kami akan melakukan rapat di tingkat management dan jika penurunannya sudah sampai pada titik tertentu maka kami akan koordinasi dan mengajukan izin kepada Bapepam-LK untuk di suspensi. Tapi sejauh ini, kami masih dalam tahap monitoring," kata dia.

Ia mengaku, saat ini pihak BEI masih memonitor kondisi perdagangan saham di dalam negeri untuk mengambil langkah selanjutnya agar pasar saham di Indonesia masih terjaga.

Uriep menambahkan, monitor dilakukan karena ada anomali di beberapa saham berkapitalisasi besar seperti saham PT Astra International Tbk (ASII), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan saham PT Bank Mandiri (BMRI) yang sudah turun cukup signifikan di level koreksi 7-10 persen.

"Kami juga telah memiliki krisis management protokol dan dari divisi riset dan operasional juga masih melakukan pengawasan dan monitoring," ujar dia.

Seperti diketahui, suspensi perdagangan saham BEI penah dilakukan pada perdagangan 8 Oktober 2008 lalu setelah IHSG turun diatas 10 persen. Suspensi dilakukan selama tiga hari, sejak 8-10 Oktober 2008.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011