Malu sebarkan propaganda
Ironsinya Ovsyannikova didenda bukan karena melancarkan protes di studio Channel One, melainkan akibat pernyataannya dalam video viral setelah protes itu.
Dalam video itu dia mengaku "malu" telah menyebarkan "propaganda Kremlin".
Sebelum melancarkan protes itu, dia sudah merekam pernyataan via video yang kemudian diunggah ke Facebook oleh kelompok pembela hak asasi manusia, OVD-Info, tak lama setelah Ovsyannikova melancarkan protes.
Dalam video itu Ovsyannikova mengeluarkan unek-uneknya bahwa "Apa yang sedang terjadi Ukraina itu kejahatan, dan Rusia adalah negara agresor. Tanggung jawab atas agresi itu terletak pada nurani satu orang saja, dan orang itu adalah Vladimir Putin."
Ovsyannikova yang membuat rekan-rekannya terkaget-kaget karena tak menyangka bisa seberani itu, apalagi saat bercengkerama dengan koleganya dia hanya mau membincangkan keadaan anak-anaknya atau rumahnya.
Tetapi sepertinya dia memendam lama perasaannya dan sudah muak oleh apa yang dilakukan rezim kepada stasiun televisi yang bergengsi dan sangat populer di Rusia itu.
Pada masa-masa sebelumnya, Channel One sering dianggap sebagai tempat kerja ideal untuk jurnalis Rusia.
Tapi kini keadaan itu berubah menjadi tak lebih dari tempat melebih-lebihkan informasi yang hanya dirancang demi mendukung rezim Putin dan mengipasi kebencian rakyat terhadap apa yang disebut musuh dari luar, kata Cynthia Hooper, pakar Rusia dari College of the Holy Cross, kepada The Atlantic awal tahun ini.
Dua bulan kemudian, penilaian Hooper ini ternyata sejalan dengan perasaan yang ditumpahkan Ovsyannikova.
"Sayangnya, selama bertahun-tahun saya bekerja di Channel One, saya telah menyebarkan propaganda Kremlin. Dan saya sangat malu pada semua ini," kata Ovsyannikova via video viral yang sudah luas dilihat dalam YouTube tersebut.
"Saya malu telah membiarkan kebohongan disebarluaskan di layar televisi ini. Saya malu telah membiarkan rakyat Rusia menjadi mayat hidup," sambung jurnalis yang memiliki ayah Ukraina dan ibu Rusia ini.
Menurut dia, selama ini, dia dan rekan-rekannya hanya bisa diam menyaksikan rangkaian peristiwa yang dianggapnya tidak sesuai dengan fakta lapangan.
Baca juga: Media sosial terlalu kuat untuk propaganda Rusia
Baca juga: Kremlin: Barat bertingkah seperti bandit, Rusia akan merespons
Selanjutnya: usik sensor ketat
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022