Caracas (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Presiden Venezuela, Hugo Chavez, mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyampaikan ikrarnya mendukung permintaan Palestina menjadi anggota penuh PBB.
Dalam surat yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Chavez menyebutkan bahwa pemerintah Venezuela merekomendasikan negara Palestina diakui sebagai negara dengan hak yang absolut dalam forum terkemuka dunia itu.
"Ini adalah tindakan keadilan bersejarah bagi orang-orang yang selalu membawa rasa sakit dan penderitaan di seluruh dunia," kata Chavez dalam surat tertanggal 17 September dan disiarkan ke media lokal, Selasa (20/1).
Dia mengatakan, Palestina memiliki hak "untuk menjadi sebuah negara, bebas berdaulat dan independen."
Dukungan Venezuela datang pada saat pemimpin pemerintahan dari seluruh dunia sedang menyiapkan memberi suara pada isu kontroversial negara Palestina di Majelis Umum PBB akhir pekan ini.
Dalam rangka untuk permohonan keanggotaan mereka dengan lulus, Palestina perlu memenangkan suara sembilan dari 15 anggota Dewan Keamanan PBB.
Langkah Palestina telah membuat marah Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS), salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan yang memiliki hak veto. AS mengatakan akan memblokir permintaan Palestina itu.
"Solusi untuk konflik Timur Tengah harus mencakup langkah yang diperlukan untuk membuat keadilan bagi rakyat Palestina, ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian," kata Chavez dalam surat itu.
Dia mengatakan, pemerintah Venezuela mendukung pengakuan negara Palestina sesuai perbatasan sebelum pendudukan ilegal 1967 wilayah tambahan oleh Israel, dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibukota.
Saat ini ia masih menjalani perawatan medis di rumah secara ketat untuk kanker, sehingga Chavez tidak akan menghadiri Sidang Majelis Umum PBB tahun ini, di mana para pemimpin Palestina mendorong negara mereka untuk secara resmi diakui sebagai negara anggota ke 194 PBB.
(Uu.H-AK/C003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011