Kabul (ANTARA News) - Mantan Presiden Afghanistan Burhanuddin Rabbani yang bertugas sebagai kepala dewan untuk mengupayakan perundingan guna mengakhiri perang di negara itu dibunuh dalam satu serangan di rumahnya pada Selasa.
Pembunuhan itu terjadi sepekan setelah pengepungan oleh kelompok militan selama 20 jam di Kabul, ibu kota Afghanistan.
"Rabbani menjadi syuhada," kata Kepala Departemen Investigasi Kriminal Kepolisian Kabul, Mohammad Zahir, kepada Reuters.
Ia tidak memberi rincian lebih lanjut.
Kediamannya terletak di kantung diplomatik yang dijaga ketat di Kabul.
Pada Juli adik tiri Presiden Hamid Karzai, Ahmad Wali Karzai, dibunuh di rumahnya oleh anggota pengawal keamanan keluarga yang sangat dipercaya.
Satu sumber kepolisian mengatakan Masoom Stanekzai, penasehat senior Presiden Hamid Karzai, menderita cedera berat dalam serangan itu.
Seorang diplomat senior di Kabul mengatakan kematian Rabbani, kepala Dewan Perdamaian Tinggi, merupakan pukulan bagi usaha-usaha pemerintahan Karzai untuk mengakhiri perang.
"Kematian Rabbani merupakan pukulan serius terhadap Presiden Karzai dan usaha rekonsiliasi dan perdamaian pemerintah. Hal ini memperlihatkan kekurangmampuan pemerintah melindungi bahkan politisi-politisi paling terkenal Afghanistan," kata diplomat itu.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengaku pihaknya bertanggung jawab atas serangan itu di luar kediaman mantan Presiden Burhanuddin Rabbani.
"Ya, kami melakukan serangan itu atas Rabbani dan kami akan beri Anda rincian lainnya segera," katanya kepada Reuters.
Juru bicara Karzai mengatakan presiden telah menangguhkan lawatannya ke New York untuk mengikuti Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tetapi Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan Karzai akan tetap pergi dan mengadakan pertemuan sesuai rencana dengan Presiden Barack Obama.
"Presiden sangat sedih mendengar kematian Prof Burhanuddin Rabbani dan telah menangguhkan kunjungannya ake AS dan akan kembali segera ke Afghanistan," kata juru bicara Hamed Elmi.
Rabbani, mantan pemimpin kelompok mujahidin yang kuat selama pendudukan Afghanistan oleh Uni Soviet pada 1980an, dipilih oleh Karzai untuk mengepalai dewan itu Oktober lalu.
Rencananya termasuk menawarkan amnesti dan pekerjaan kepada tentara Taliban dan suaka di negara-negara ketiga bagi pemimpin.
Rabbani menjadi presiden pada 1990an ketika faksi-faksi mujahidin berperang untuk menguasai negara itu setelah penarikan mundur Soviet. (M016)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011